Friday, May 23, 2025
Google search engine
HomeNasionalHeboh Istilah Silent Majority Usai Hasil Quick Count, Ini Penjelasan Lengkapnya

Heboh Istilah Silent Majority Usai Hasil Quick Count, Ini Penjelasan Lengkapnya

Suara.com – Jagat media sosial (medsos) dihebohkan dengan munculnya istilah silent majority setelah pencoblosan Pemilu 2024, Rabu (15/2/2024).

Istilah silent majority menghiasi timelines media sosial seperti Instagram, X dan TikTok setelah hitung cepat atau quick count muncul.

Salah satu tokoh yang menyinggung adalah Ketua TKD Prabowo-Gibran Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Baca Juga:

Kampanye Akbar JIS vs GBK dari Penanganan Sampah, Mana yang Lebih Baik?

Viral Tuding Ada Massa Bayaran hingga Rp150 Ribu Saat Kampanye di JIS, May Rahmawati Kini Malah Minta Maaf

“Pelajaran. Silent majority sudah berbicara. Siapa mereka?,” dikutip dari unggahan reels di Instagramnya @ridwankamil.

Lalu, apa itu silent majority?

BACA JUGA:   Rekor Pertemuan Swiss vs Italia: Mantapnya Sejarah Azzurri!

Melansir dari berbagai sumber, silent majority pertama kali dipopulerkan Presiden AS Richard Nixon dalam pidatonya di televisi pada 3 November 1969.

Dalam penggunaan frasa ini merujuk pada orang-orang Amerika yang tidak bergabung dalam demonstrasi besar-besaran menentang Perang Vietnam pada saat itu, dan tidak bergabung dalam budaya tandingan, serta yang tidak berpartisipasi dalam wacana publik.

Nixon menghadapi tekanan kuat dari sekelompok kecil pengunjuk rasa anti-perang yang sangat aktif.

Dengan mengumpulkan mayoritas yang diam, ia mampu memperoleh dukungan terhadap kebijakannya dan memenangkan pemilihan kembali.

Baca Juga:

Cerita Feni Rose Terobos Kerumunan Massa Saat Kampanye Akbar AMIN di JIS: Kayak Lagi Membelah Hutan dan Samudra

BACA JUGA:   Blusukan ke Tugu Selatan, Ridwan Kamil Janji Perjuangkan Masalah Sertifikat Tanah

Puan Maharani Beri Ganjar Wayang Wisanggeni, Padahal Tokoh Angkuh dan Tak Punya Sopan Santun, Kok Bisa?

Mayoritas yang diam di bawah Nixon mencakup orang-orang yang sebagian besar adalah veteran Perang Dunia II yang lebih tua; kaum muda di Midwest, Barat, dan Selatan; dan orang kulit putih kerah biru yang tidak aktif dalam politik. Beberapa penduduk di Silent Majority memang mendukung kebijakan konservatif.

Istilah ini juga digunakan pada tahun 1919 oleh kampanye Calvin Coolidge untuk nominasi presiden tahun 1920.

Sebelumnya, frasa tersebut digunakan pada abad ke-19 sebagai eufemisme yang mengacu pada semua orang yang telah meninggal, dan ada pula yang menggunakannya sebelum dan sesudah Nixon untuk merujuk pada kelompok pemilih di berbagai negara di dunia.

BACA JUGA:   Film #OOTD Bertema Fashion Jadi Debut dan Pembuktian Dimas Anggara sebagai Sutradara

Source link

BERITA TERKAIT

BERITA POPULER