Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi khawatir keselamatan Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) usai serangan udara Israel menghantam sejumlah wilayah Lebanon pada Senin (23/9) dan Selasa (24/9).
Retno berujar prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang tergabung dalam UNIFIL ada sebanyak 1.232 personel. Ia pun mendesak seluruh pihak yang berkonflik menghormati keselamatan para penjaga perdamaian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Indonesia juga mendesak penghormatan terhadap keselamatan para peacekeeper UNIFIL di Lebanon. Saat ini Indonesia memiliki 1.232 personil di UNIFIL,” kata Retno dalam pernyataan di Sidang Majelis Umum PBB di New York, Selasa (24/9).
Pada Senin dan Selasa, pasukan militer Israel melancarkan rentetan serangan udara ke wilayah Lebanon selatan dan timur hingga menewaskan 569 orang dan melukai 1.835 lainnya.
Israel mengklaim menargetkan kelompok milisi Hizbullah beserta fasilitas persenjataannya. Hizbullah pun membalas dengan menembakkan rudal ke pangkalan udara Zionis dan menyerang fasilitas angkatan laut dengan drone atau pesawat nirawak.
Serangan ini terjadi setelah Hizbullah menembakkan lebih dari 100 roket ke Israel utara pada Minggu (22/9), yang beberapa di antaranya mendarat di dekat Kota Haifa.
Hizbullah menggempur Israel sebagai balasan atas serangan udara Zionis di pinggiran kota Beirut pada 20 September yang menewaskan seorang komandan militer Hizbullah dan belasan anggota mereka.
Gempuran Hizbullah ini juga merespons ledakan ribuan perangkat elektronik di berbagai wilayah Lebanon yang menewaskan 39 orang dan melukai nyaris 3.000 orang. Hizbullah menuding Israel dalang di balik ledakan, namun Negeri Zionis bungkam.
Sejumlah negara telah mengecam keras serangan Israel di Lebanon yang menewaskan ratusan orang ini.
Indonesia, salah satunya, mengutuk serangan Israel karena menewaskan lebih dari 50 anak.
”Serangan ini semakin mengeskalasi situasi Timur Tengah yang masih menghadapi krisis kemanusiaan dari agresi Israel di Gaza. Kekerasan dan agresi ini tidak boleh menjadi ‘a new normal’,” kata Retno di New York.
Retno pun menyerukan Dewan Keamanan PBB dan masyarakat dunia mengambil langkah tegas demi mengurangi ketegangan serta menghentikan kekerasan di Timur Tengah.
“Penindasan rakyat Palestina adalah akar permasalahan konflik, dan perdamaian di Timur Tengah tidak akan pernah dicapai tanpa keadilan untuk Palestina,” tegasnya.
(blq/bac)