Wednesday, April 2, 2025
Google search engine
HomeHiburanWawancara Tissa Biani: Film Bisa Jadi Ruang Aman untuk Bicara Kesehatan Mental

Wawancara Tissa Biani: Film Bisa Jadi Ruang Aman untuk Bicara Kesehatan Mental

TEMPO.CO, Jakarta – Memerankan karakter dengan latar belakang isu kesehatan mental bukan sekadar tantangan akting bagi Tissa Biani, tapi juga perjalanan memahami kompleksitas emosi manusia. Dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu garapan sutradara Teddy Soeriaatmadja, ia berperan sebagai Alaiqa, seorang perempuan dengan gangguan bipolar yang tampak ceria di hadapan orang lain, namun menyimpan luka mendalam akibat kehilangan besar dalam hidupnya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagai aktris, Tissa menyadari bahwa membawakan peran seperti ini menuntut pendalaman lebih dari sekadar interpretasi naskah. Dengan bimbingan langsung dari Teddy, yang memiliki latar belakang psikologi, ia mempelajari detail ekspresi dan gestur tubuh yang mencerminkan berbagai spektrum emosi Alaiqa. 

Mulai dari kesedihan, kepanikan, hingga kebahagiaan yang hanya menjadi tameng di depan publik—semuanya dikaji dengan cermat agar tampak lebih autentik di layar. Tissa juga melengkapi risetnya dengan membaca referensi daring serta berdiskusi langsung dengan orang-orang yang mengalami kondisi serupa. 

Film Mungkin Kita Perlu Waktu telah lebih dulu tayang dalam kompetisi Indonesian Screen Awards di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024. Mengangkat isu trauma dalam sebuah keluarga yang menghadapi kehilangan, film ini menampilkan dinamika yang kompleks antara Ombak (Bima Azriel), ibunya Kasih (Sha Ine Febriyanti), dan ayahnya Restu (Lukman Sardi).

BACA JUGA:   Rihanna Hadir di Persidangan A$AP Rocky, Beri Dukungan di Tengah Kasus Penembakan

Ombak yang berusaha menjalani terapi bersama psikolog Nana (Asri Welas) justru mendapat tentangan dari ibunya, yang lebih percaya pada penyembuhan spiritual. Sementara itu, sang ayah memilih menekan emosinya demi menjaga keseimbangan keluarga. Diproduksi oleh Kathanika Films, Adhya Pictures, dan Karuna Pictures, Mungkin Kita Perlu Waktu dijadwalkan tayang di bioskop Tanah Air pada 15 Mei 2025. 

Berbincang di Kantor Tempo pada Selasa, 18 Maret 2025, Tissa berbagi ceritanya seputar peran Alaiqa serta pandangannya terhadap representasi isu kesehatan mental di industri film Indonesia. Dengan pendekatan yang lebih mendalam terhadap kesehatan mental, film ini diharapkan dapat membuka ruang diskusi yang lebih luas bagi masyarakat. 

Bagaimana persiapan Anda dalam mendalami karakter Alaiqa? Sejauh mana riset yang Anda lakukan untuk memahami karakter ini?

Alhamdulillah kami dikasih waktu beberapa hari untuk meriset karakter. Saya sebagai Alaiqa di sini berperan sebagai seseorang yang punya trauma besar tentang kehilangan. Di depan publik, dia selalu tampak happy dan ceria, tapi ternyata punya masalah yang nggak semua orang tahu. 

Soal riset karakter, saya lebih banyak diskusi justru sama sutradaranya sendiri. Mas Teddy punya latar belakang psikologi, dia bisa memberikan informasi-informasi yang nggak bisa kita dapat dari acting coach atau dari siapapun. Jadi, dia bisa kasih tahu detail-detail kecil yang membantu saya dalam membangun karakter Alaiqa. 

BACA JUGA:   Shin Tae-yong Puas dengan Penampilan Timnas Indonesia Meski Dikalahkan Libya, Tapi..

Sebagai pengidap bipolar, karakter Alaiqa memiliki dimensi emosional yang kompleks. Bagaimana Anda membedakan ekspresi dan gestur tubuh Alaiqa dalam berbagai situasi ini?

Mas Teddy sangat detail dalam membimbing gestur Alaiqa—saat dia sedih, senang, panik, atau bingung. Bahkan, ketika Alaiqa harus meminum obat psikiater, caranya berbeda dengan cara minum obat sehari-hari. Itu hal kecil, tapi penting dalam mendalami karakter. 

Selain itu, saya juga banyak browsing di internet dan komunikasi langsung dengan orang-orang yang memiliki pengalaman dengan kesehatan mental. Banyak orang di sekitar saya yang punya cerita serupa, jadi saya juga belajar dari mereka. 

Dalam beberapa kasus, aktor yang memerankan karakter dengan kondisi mental tertentu bisa mengalami efek psikologis setelah syuting. Apakah Anda merasakan hal serupa?

Di film ini, Alaiqa sering sekali memainkan matanya—matanya nggak tenang. Nah, setelah selesai syuting, saya sering terbawa, jadi suka menggerakkan mata tanpa sadar. Kata Mas Teddy, itu wajar terjadi ketika kami mendalami karakter. 

Alaiqa memiliki hubungan erat dengan karakter Ombak, yang juga memiliki pergulatan dengan kesehatan mentalnya sendiri. Bagaimana Anda melihat dinamika hubungan mereka?

Alaiqa dan Ombak sama-sama punya masalah kesehatan mental, tapi mereka menghadapi dengan cara yang berbeda-beda. Karena ada kecocokan dalam pengalaman mereka, akhirnya mereka dipertemukan dalam cerita. 

BACA JUGA:   Santap Nasi Lengko Didampingi Fery Farhati, Anies: Rasanya Bikin Enak Lagi

Anda kembali dipertemukan dengan Bima Azriel yang sebelumnya berperan sebagai adik dalam proyek lain. Bagaimana proses membangun chemistry kali ini sebagai pasangan?

Umur kami tidak terlalu jauh, tapi memang saya lebih tua. Dulu kami berperan sebagai kakak-adik, sekarang jadi pasangan. Untungnya, karena karakternya di film ini lebih dewasa, pendekatannya pun sudah seperti teman lama, jadi tidak ada kendala dalam membangun chemistry. 

Bagaimana Anda melihat film yang mengangkat isu kesehatan mental?

Harus di-support sih (film mengangkat isu kesehatan mental), karena ini bagian dari kebebasan kami sebagai seniman untuk berkarya dan mengekspresikan hal-hal yang sering terjadi di sekitar. Sebenarnya, banyak orang yang mengalami hal serupa, tapi nggak berani menyuarakannya. Film seperti ini bisa memberi inspirasi dan keberanian bagi mereka yang malu atau takut menunjukkan diri. Semoga bisa membuat mereka lebih percaya bahwa mereka tidak sendirian. 

Apa pelajaran paling berharga yang Anda dapat dari memerankan Alaiqa?

Saya jadi lebih sadar soal komunikasi dalam keluarga. Ketika komunikasi dalam keluarga jelek, itu sangat berpengaruh pada kesehatan mental, bukan cuma ke anak, tapi juga ke orang tua. Sejak main film ini, saya jadi lebih akrab lagi sama mama dan kakak.

Source link

BERITA TERKAIT

BERITA POPULER