ORGANISASI Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dan Temasek Foundation meluncurkan prakarsa regional “Merangkul Warisan Budaya Bersama Melalui Seni Pertunjukan” untuk memperkuat pemahaman lintas budaya di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Program yang akan berlangsung hingga 2027 ini membuka peluang bagi seniman dan pelajar untuk berkolaborasi, belajar, dan berkarya bersama.
Peluncuran program ditandai dengan lokakarya dan pertunjukan kontemporer Dulkir, yang terinspirasi dari Gendruwo Liri langka dari Reog Wayang Bantul, Yogyakarta. Acara digelar di Kantor Regional UNESCO di Jakarta pada Kamis, 25 September 2025.
Lokakarya virtual diikuti lebih dari 300 peserta dari ketiga negara, termasuk seniman tradisional, manajer seni, mahasiswa, praktisi warisan budaya, dan perwakilan pemerintah. Hal ini menegaskan antusiasme para pelaku seni untuk berkolaborasi. Para peserta menilai inisiatif ini mampu menyatukan perbedaan, memicu kreativitas, dan menguatkan posisi Asia Tenggara di panggung dunia.
“Sepanjang sejarah manusia telah bepergian, bertukar gagasan, dan saling menginspirasi satu sama lain. Setiap negara tentu bangga dengan identitas dan tradisi seni pertunjukannya masing-masing, namun melalui dialog dan pertukaranlah kreativitas terus berkembang, dan pada gilirannya tradisi akan tetap hidup dan relevan,” kata Maki Katsuno-Hayashikawa, Direktur Kantor Regional UNESCO di Jakarta, dalam rilis yang diterima Tempo.
Program ini hadir untuk membangun jejaring yang lebih kuat, memfasilitasi kolaborasi, dan memastikan warisan budaya di Asia Tenggara terus berkembang dan tetap relevan di era modern. “Merayakan warisan budaya bersama di Asia Tenggara merupakan hal penting untuk memupuk harmoni dalam keberagaman. Melalui kolaborasi seni lintas batas, kemitraan UNESCO dan Temasek Foundation ini menumbuhkan apresiasi antarbudaya, membangun jembatan antar-komunitas, dan mengembangkan ketangguhan kawasan,” kata James Chan, Senior Director (Programmes) Temasek Foundation.
Bagus Mazasupa, komposer dan pianis yang pernah bergabung dengan Sirkus Barock pimpinan Sawung Jabo, berharap program ini dapat memperdalam pemahaman masyarakat terhadap musik. “Musik itu bersifat universal, melampaui gaya dan asal-usulnya, dan dimiliki oleh seluruh umat manusia. Dengan merangkul warisan bersama melalui musik, kita dapat menumbuhkan pemahaman dan apresiasi lintas budaya,” kata dia.
Nantinya program ini tidak hanya akan mengasah keterampilan profesional, tetapi juga mendorong seniman untuk menafsirkan kembali tradisi dalam bentuk kontemporer sehingga warisan budaya dan seni akan tetap relevan bagi generasi muda.
UNESCO dan Temasek Foundation akan menyelenggarakan serangkaian lokakarya peningkatan kapasitas, pertukaran budaya, dan kolaborasi. Puncaknya adalah sebuah festival di Yogyakarta yang menampilkan karya-karya pertunjukan hasil kolaborasi yang merayakan warisan budaya bersama Asia Tenggara.
Pilihan Editor: Eksperimen Wayang Kulit Metamorfosis Kafka

