Jakarta, CNN Indonesia —
Mantan presidenĀ Donald Trump mengoceh akan mengusir mahasiswa diĀ Amerika Serikat yang pro-Palestina jika dia terpilih kembali menjadi pemimpin Negeri Paman Sam dalam pemilihan umum (Pemilu).
Pernyataan itu terlontar saat Trump menghadiri pertemuan dengan sekelompok donor kaya di New York pada pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Jika Anda berhasil membuat saya terpilih kembali, kami akan mengembalikan Gerakan itu ke 25 atau 30 tahun yang lalu,” kata Trump kepada sumber orang dalam yang tak ingin disebutkan namanyaĀ dalam laporanĀ Washington Post, Selasa (28/5).
“Satu hal yang saya lakukan, setiap mahasiswa yang protes, saya akan mengusir mereka dari negara ini (AS). Anda tahu banyak sekali mahasiswa asing. Mereka akan bersikap baik jika mendengar ini,” tutur Trump dalam laporan eksklusif media AS itu.
Trump mengatakan, jika terpilih, pemerintah akan mengeluarkan pelajar asing mana pun yang ketahuan ikut protes dukung Palestina.
Trump juga mengaku dia mendengar salah satu donor mengeluh banyak mahasiswa-mahasiswi dan akademisi fakultas yang ikut serta dalam protes bisa memegang posisi di AS di masa depan.
Di kesempatan itu, Trump juga memuji polisi New York karena membersihkan perkemahan di Universitas Columbia. Dia mengatakan pendekatan tersebut harus ditiru kota-kota lain.
“Hal ini harus dihentikan sekarang,” ujar Trump.
Selain itu, Trump mendukung serangan Israel ke Gaza dan menyatakan untuk melanjutkan “perang melawan teror.”
Pada pertengahan April hingga Mei, kampus-kampus di AS menggelar kamp protes untuk mendukung Palestina.
Namun, protes itu diwarnai kekerasan dan penangkapan oleh aparat keamanan.
Menanggapi situasi itu, Partai Republik berupaya menjadikan protes di kampus-kampus sebagai isu pemilu. Mereka bahkan menggambarkan demo tersebut sebagai manifestasi dari “kekacauan” tak terkendali di bawah pengawasan Presiden Joe Biden.
Anggota Kongres dari Partai Republik sampai-sampai mengadakan serangkaian rapat dengar pendapat di Capitol Hill menyoroti tren tersebut. Mereka fokus menuduh banyak kegagalan rektor universitas dalam memeranginya.
Dalam sidang terakhir pekan lalu, anggota komite pendidikan dan tenaga kerja dari Partai Republik menyerang rektor universitas Northwestern dan Rutgers karena merundingkan pembongkaran perkemahan secara sukarela. Mereka menyayangkan kampus tak memanggil polisi.
(isa/bac)