Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan pemerintah akan mendorong pengadaan ternak hidup (live cattle) alias sapi hidup dan pembiakan di dalam negeri. Langkah ini diyakini akan mendorong peternakan lokal.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa ke depan, pemerintah tidak hanya memenuhi ketersediaan daging ruminansia dari pengadaan dalam bentuk daging beku.
Alhasil, pemerintah akan mulai mengurangi angka pengadaan daging beku dari luar negeri dan membuka pengadaan sapi hidup dengan berbagai jenis.
“Bapak Menko Pangan [Zulkifli Hasan] itu, sesuai arahan Bapak Presiden [Prabowo Subianto], ingin mengembangkan sapi hidup. Jadi bukan daging langsung yang diimpor, tetapi sapi hidupnya. Kita penginnya kan bukan daging yang banyak tapi sapi hidup, supaya bisa ekonominya di perdesaan itu hidup. Jadi ada pembiakan dan penggemukan di situ,” kata Arief dalam keterangan tertulis, Kamis (2/10/2025).
Namun, Arief juga menyampaikan bahwa pemerintah tetap membuka keran impor sesuai kebutuhan dalam negeri. Ini artinya, jika kebutuhan dalam negeri dapat dipenuhi secara mandiri, maka importasi akan dikurangi.
“Kalau impor sesuai kebutuhan. Kalau sudah banyak, impornya dikurangi. Jadi Pak Menko tadi menyampaikan, kalau sudah dibatasi di dagingnya, sapinya diperbesar. Kalau tidak begitu, nanti peternakan kita tidak berkembang,” terangnya.
Adapun, kebutuhan pasokan dari luar negeri tersebut salah satunya mengacu pada Proyeksi Neraca Pangan untuk daging sapi/kerbau.
Bapanas mencatat, per 2 September, produksi daging sapi/kerbau dalam negeri sepanjang 2025 diperkirakan sebanyak 555.100 ton. Angkanya meningkat sekitar 17,8 persen dibandingkan 2024 yang 471.200 ton. Sementara itu, proyeksi kebutuhan setahun di 2025 berkisar di 766.900 ton, sehingga ada defisit antara produksi dan konsumsi.
“Produksi dalam negeri tetap harus diutamakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” tuturnya.
Lebih lanjut, Arief menilai dengan menggalakkan pembiakan dan penggemukan sapi hidup di dalam negeri akan menciptakan dampak ekonomi lanjutan, termasuk tenaga kerja. Sebaliknya, jika pengadaan hanya berupa daging beku, maka dampak ekonominya sangat terbatas.
Arief menjelaskan, sejumlah langkah tersebut dilakukan untuk mengurangi impor daging. Namun, rencana pengurangan kuota impor itu akan diambil setelah perhitungan neraca selesai.
“Pastinya nanti ada pengurangan impor yang di daging. Itu nanti kita hitung lagi. Ini kan masih neraca,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Arief menambahkan, pemerintah juga berencana membudidayakan sapi hidup melalui jaringan Koperasi Desa/Kelurahan (KopDes/Kel) Merah Putih untuk menciptakan keuntungan untuk ekonomi rakyat.
Dia menuturkan, pemerintah ingin agar KopDes/Kel Merah memelihara sapi hidup sebagai bagian dari pengembangan peternakan rakyat.
“Jadi di Kopdes-Kopdes, nanti setiap desa itu juga harusnya ada sapi hidup. Misalnya beli 3 juta ekor, terus nanti dalam 3, 4, sampai 5 bulan bisa jadi 15 juta—20 juta. Ini kan petaninya kan bisa dapat gain, dapat keuntungan dari situ,” pungkasnya.

