TEMPO.CO, Jakarta – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi akan menerapkan jam belajar sekolah mulai pukul 06.00 WIB. Rencana itu mengundang kritik dari kalangan praktisi dan aktivis pendidikan di Kota Bandung.
“Perlu ditinjau ulang karena tidak sederhana, dampaknya cukup luas,” kata praktisi pendidikan Tito Suhendar kepada Tempo di Bandung, Senin, 2 Juni 2025.
Mantan Ketua Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia Kota Bandung itu mengatakan niat Dedi mungkin bagus agar anak lebih pagi pergi ke sekolah. Namun dari pengalamannya, dia mengatakan ada kerepotan orang tua ketika mengantar anak untuk belajar pukul 6 pagi.
“Biasanya mereka suka pergi bareng,” ujar Tito yang pernah mengajar mulai pukul 6 pagi ketika bulan puasa.
Kejadian seperti itu dikhawatirkan dialami orang tua yang biasa berangkat kerja sambil mengantar anaknya ke sekolah. Apalagi, menurut Tito, jika pemberlakuan jam sekolah mulai pukul 06.00 WIB tidak merata pada jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan.
Aktivis pendidikan dari Forum Aksi Guru Independen (FAGI) Kota Bandung Iwan Hermawan mengatakan masalah serupa. Menurut dia, orang tua harus menyesuaikan waktu berangkat kerjanya. “Jadi jalan pagi-pagi juga kemungkinan juga akan macet,” katanya kepada Tempo, Senin 2 Juni 2025.
Iwan juga mengaitkan dengan kebijakan Dedi sebelumnya yang melarang pelajar yang belum punya surat izin mengemudi (SIM) membawa kendaraan. Dia mengusulkan agar pemerintah daerah menyediakan sarana transportasi bagi pelajar, yaitu bus sekolah, jika jam masuk sekolah akan dimulai pukul 06.00 WIB.“Jadi orang tua cukup mengantarkan sampai halte,” ujarnya.
Dedi Mulyadi berencana menetapkan aktivitas belajar-mengajar di sekolah Senin hingga Jumat dan jam masuk sekolah dimulai pukul 06.00 WIB. Dia meminta dukungan dari bupati dan wali kota dengan dalih aturan itu pernah diterapkan semasa menjabat bupati Purwakarta.
Sejauh ini rencana itu masih sebatas wacana, belum ada surat resmi aturannya. Dinas Pendidikan Kota Bandung, misalnya, belum membahas keinginan Dedi Mulyadi itu.
Pilihan Editor: Akar Masalah Sengkarut Visa Haji Furoda