Wednesday, November 5, 2025
Google search engine
HomeHiburanOne Battle After Another: Satir Gelap Mantan Revolusioner Ala Anderson

One Battle After Another: Satir Gelap Mantan Revolusioner Ala Anderson

SEJAK menit pertama, Paul Thomas Anderson memang nampak menunjukkan pandangan politiknya dalam One Battle After Another, sebuah adaptasi bebas dari novel Vineland karya Thomas Pynchon. Meski novel itu bercerita tentang era 1984, yakni pada masa ketika Ronald Reagan terpilih untuk masa jabatan keduanya. Dalam adaptasi bebasnya ini, Anderson, memperlihatkan bagaimana meski zaman berganti, pelaku politik berubah, penindasan tetap ada, bahkan mungkin makin luas, dan kian tak terlihat.

Anderson sendiri menulis naskah ini nyaris dua dekade. Dalam film, Anderson nampaknya mulai di awal 2000-an. Sekelompok revolusioner bernama French 75 sedang bersiap melakukan serangan di pusat tahanan di perbatasan AS-Meksiko.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Logo

Penonton pertama kali diperkenalkan pada Perfidia Beverly Hills (Teyana Taylor) lewat sosoknya yang berpakaian serba hitam, melangkah tanpa ragu di atas jembatan layang, sementara di bawahnya berdiri sebuah pusat penahanan imigran yang suasananya begitu tegang. Tak jauh, ada Pat Calhoun (Leonardo DiCaprio) seorang pria yang terlihat agak canggung dengan perannya sendiri di lokasi itu. Pat atau kadang dipanggil Ghetto, hanya diminta menyalakan kembang api atau bom, tanpa benar-benar paham ada rencana besar apa hari itu. Perfidia menegaskan tugas Bob dengan tenang, “Buatlah besar, buatlah terang!”

Tak lama, kelompok ini segera bergerak, membebaskan para tahanan, mengikat penjaga militer, dan memperkenalkan diri sebagai kelompok radikal French 75. Deretan aksi French 75 nampak menggebu. Mereka mendatangi banyak bangunan penting, meledakkan bom di mana-mana. Melakukan perampokan bank, melancarkan banyak sabotase, dan aksi kejar-kejaran mobil yang kacau di jalanan. Lewat aksi penuh adrenalin ini Anderson ingin mengantarkan penonton pada kisah yang lebih panjang, 16 tahun kemudian.

BACA JUGA:   Sinopsis No Other Land yang Menang Oscar 2025, Soroti Kehidupan di Palestina

Di antara anggota kelompok ini, Pat bukanlah tipe revolusioner kakap. Dalam setiap aksi perlawanan, walau piawai membuat peledak, aksinya cenderung absurd. Kadang ia hanya menjadi pengalih perhatian ketimbang yang langsung menghadang, melakukan baku hantam dan mengangkat senjata. Bahkan oleh ibunya Perfidia, ia dianggap cemen ketimbang putrinya yang tidak punya rasa takut.

Hubungan Pat dan Perfidia, melahirkan seorang putri bernama Willa (Chase Infiniti). Begitu sang bayi lahir, Pat nampak lebih banyak mengambil alih peran sebagai orang tua. Sedangkan Perfidia masih menggebu sebagai seorang revolusioner hingga akhirnya menghilang tanpa jejak.

Di sinilah perlahan, tensi adegan yang semula penuh adrenalin mulai menurun. Ghetto, si perakit bom itu, hidup sebagai ayah tunggal yang mencurahkan seluruh perhatiannya pada putrinya, Willa, yang beranjak remaja. Ia pun berganti nama menjadi Bob Ferguson.

Sejak Perfidia hilang, keduanya tinggal dengan nama samaran di kota kecil, jauh dari kelompok French 75. Bob dan Willa menjalani hidup yang aman. Tapi Bob tak bisa menyembunyikan bagaimana dirinya masih paranoid akibat trauma masa lalu sebagai aktivis. Penampilannya semrawut. Rambutnya gondrong namun kerap dicepol asal.

BACA JUGA:   Anwar Usman Dipastikan Tak Ikut Tangani Sengketa Hasil Pilpres 2024

Dengan tubuh berbalut piyama panjang, sepanjang film, Bob jelas-jeas tampil jadi seorang yang begitu kacau. Kesehariannya ditemanin minuman keras dan ganja. untuk membuang waktu, ia menonton The Battle of Algiers (1966), tentang perjuangan Aljazair untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan Prancis pada tahun 1950-an, karya sutradara Gillo Pontecorvo.

Meski sangat melindungi Willa, ia tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman untuk bisa memahami putrinya adalah bagian dari generasi yang jauh berbeda dengan dirinya. Bob adalah anti-hero yang emosional, begitu manusiawi, tapi juga tragis sekaligus lucu.

Tapi siapa sangka, hidup yang sudah cukup tenang selama 16 tahun kemudian terusik oleh kehadiran Kolonel Steven Lockjaw (Sean Penn), musuh lama sekaligus tentara reaksioner yang dulu pernah terobsesi pada Perfidia. Dengan membawa dendam lama dan ambisi untuk masuk ke kelompok supremasi kulit putih, The Christmas Adventurers, Penn memburu Bob dan Willa untuk kelangsungan karier politiknya.

Tensi film perlahan kembali naik. Puncaknya ada pada adegan kejar-kejaran mobil yang menyusuri jalan lengang, sepi dan berundak di tengah hamparan gurun yang panas dan terbuka yang berlatar di taman negara Gurun Anza-Borrego yang terletak di Gurun Colorado dan mengelilingi kota Borrego Springs.

BACA JUGA:   Album Baru Will Smith Setelah 20 Tahun, Siap Rilis Maret 2025

Dalam film ini, jelas Anderson, memadukan sejumlah isu politik yang berat: supremasi kulit putih, revolusi kulit hitam, hingga persoalan imigran. Ia membalut semuanya dalam cerita sangat personal tentang hubungan ayah dan anak. Penonton dapat menyaksikan bagaimana piawainya Paul Thomas Anderson menyuguhkan film yang terasa serius tapi juga penuh lelucon dalam durasi nyaris tiga jam ini. Sehingga, segala adegan aksi, humor gelap, sampai konflik bapak-anak yang begitu panjang terasa tak menjenuhkan.

Akting DiCaprio, Penn, Teyana Taylor, dan Regina Hall membuat semuanya terasa hidup. Juga kehadiran Benicio del Toro sebagai sensei Sergio, guru karate Willa yang tenang dan bijak, sukses jadi orang yang bisa menenangkan Bob di tengah situasi yang penuh kekacauan.

Menyaksikan One Battle After Another, penonton diajak untuk melihat cerminan kekacauan dunia yang beralih namun banyak masalah yang tidak pernah, atau belum juga selesai semacam korupsi yang kian merasuki institusi, ekstremisme yang masih tumbuh, dan isu imigran yang belum usai. Dan di balik segala hiruk-pikuk politik dan aksi satir yang ditampilkan film ini, Anderson menampilkan seseorang tidak bisa selamanya bersembunyi dan harus belajar saling memahami di tengah dunia yang terus berubah.

Source link

BERITA TERKAIT

BERITA POPULER