Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP) meyakini penyaluran kredit masih memiliki potensi untuk tumbuh dobel digit pada 2025.
Presiden Direktur OCBC Parwati Surjaudaja menuturkan penyaluran kredit masih akan berkembang sepanjang 2025. Dia menyebut OCBC juga telah menetapkan target pertumbuhan penyaluran kredit.
“Di tengah gejolak yang ada, target kami ada di double digit tetapi range bawah, atau kemungkinan juga single digit di range atas. Kami melihat ini tidak berbeda banyak dengan 2024,” jelas Parwati dalam paparan publik perusahaan di Jakarta, Kamis (20/3/2025).
Sementara itu, Direktur OCBC Johannes Husin menambahkan salah satu sektor yang akan menjadi penyumbang terbesar dalam segmen penyaluran kredit perusahaan adalah sumber daya alam.Â
Di sisi lain, dia menuturkan, sektor tersebut kemungkinan tidak akan mencatatkan pertumbuhan sekuat tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut seiring dengan tren penurunan harga komoditas.
Selain itu, Johannes juga menyebut sektor logistik akan mencatatkan pertumbuhan hingga dobel digit untuk penyaluran kredit. Dia menuturkan, sektor ini telah menjadi salah satu pendukung pertumbuhan kredit OCBC selama 2 hingga 3 tahun terakhir.
Selanjutnya, sektor layanan kesehatan (healthcare) juga diproyeksikan menjadi penopang pertumbuhan penyaluran kredit OCBC sepanjang tahun ini. Hal tersebut seiring dengan adanya program-program dan inisiasi pemerintah pusat pada bidang kesehatan dan juga pendidikan.
“Kemudian, sektor hilirisasi juga akan tumbuh positif, karena seperti kita tahu proses ini sangat diinginkan oleh pemerintah di Indonesia tahap kedua. Masih banyak value added yang dapat dilakukan pada tahap-tahap berikutnya dalam hilirisasi,” ujarnya.Â
Adapun, penyaluran kredit OCBC terpantau mencapai Rp170,5 triliun sepanjang 2024, atau tumbuh 10,6% secara year on year (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit investasi menjadi penyumbang terbesar dengan 43%, disusul modal kerja dengan 40%, serta kredit konsumsi sebesar 17%.
Sementara itu, berdasarkan sektor ekonomi, perindustrian menyumbang sebesar 31% disusul pertambangan sebesar 21%, lain-lain sebanyak 20%, Jasa dengan kontribusi 19%, pertanian dan pertambangan sebesar 5%, serta konstruksi dengan 4%.