BAGI Michelle Ziudith, mendalami karakter Maria dalam film Jangan Panggil Mama Kafir bukan sekadar soal akting. Ia juga mencari cara untuk menjaga kestabilan emosinya di tengah konflik batin karakter. Salah satunya lewat lagu Adele berjudul “Love In The Dark”, yang ia sebut sebagai pemantik rasa sedih.
Pilihan Editor: Michelle Ziudith, Daftar Lagu Sesuai Peran
Adele dan Emosi yang Menyala
Michelle bercerita saat berkunjung ke kantor Tempo pada Kamis, 25 September 2025, bahwa ia sengaja menyiapkan playlist khusus untuk memudahkan dirinya masuk ke suasana hati Maria. Dari sekian lagu “Love In The Dark” milik Adele menjadi pilihan utama. Michelle mengaku sudah lama memakai cara ini, tapi baru kali ini ia merasa benar-benar menemukan lagu yang cocok.
“Aku rasa Adele itu menuangkan semua rasanya lewat lagu. Jadi dengan mendengarkan itu, aku bisa ikut hanyut. Lagu ini membantu banget buat men-trigger emosiku di film,” ujar Michelle.
Bagi Michelle, lagu tersebut tidak hanya menyayat hati, tetapi juga menyalurkan energi emosional yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Ia mendengarkannya berulang kali sebelum syuting, agar ekspresi tangis dan rasa putus asa Maria terasa jujur di layar.
Dua Cara Berbeda Dalami Peran
Giorgino Abraham ketika promo film ‘Jangan Panggil Mama Kafir’ di kantor Tempo, Jakarta, 24 September 2025. Tempo/Ijar Karim
Jika Michelle bertumpu pada musik, Giorgino Abraham memilih jalur yang berbeda. Pemeran Fafat ini mengaku tidak pernah menyiapkan playlist khusus untuk mendalami karakter. Baginya, naskah dan diskusi dengan sutradara sudah cukup menjadi panduan.
“Aku lebih ke fokus sama naskah yang ada, lalu mengembangkan karakter sesuai arahan sutradara. Karakter itu kan punya warna, dan kita harus sepakat warnanya mau dibawa ke mana. Jadi aku mainkan eskalasinya lewat itu, bukan lewat musik,” kata Gino.
Kontras pendekatan dua aktor ini justru memperkaya film. Michelle yang mengandalkan musik untuk memompa emosi, sementara Gino membangun karakter lewat analisis cerita.
Kisah Patah Hati yang Universal
Dirilis pada 2015 sebagai bagian dari album 25, lagu “Love In The Dark” ditulis Adele bersama Samuel Dixon. Liriknya bercerita tentang perpisahan, keterpaksaan untuk meninggalkan seseorang meski masih ada cinta, dan perasaan tidak mampu lagi melanjutkan hubungan.
Nada balada yang lembut berpadu dengan vokal Adele yang penuh tenaga menjadikannya salah satu lagu paling emosional di albumnya. Kritikus musik menyebut lagu ini sebagai bentuk kejujuran yang rawan, sebuah pengakuan patah hati yang tidak dramatis berlebihan tapi sangat nyata.
Michelle Ziudith ketika promo film ‘Jangan Panggil Mama Kafir’ di kantor Tempo, Jakarta, 24 September 2025. Tempo/Ijar Karim
Justru karena kejujuran itulah Michelle merasa lagu ini cocok untuk menggali sisi rapuh Maria. Tokoh yang ia mainkan harus melewati kehilangan suami, tekanan keluarga, hingga ancaman kehilangan anak. “Kadang kita butuh bantuan eksternal buat menjaga mood. Adele itu kayak jadi jembatan emosiku,” katanya.
Tantangan Syuting dan Pesan Film
Selain soal musik, Michelle mengungkap betapa berat proses syuting film ini, terutama karena banyak adegan bersama aktor cilik Humaira Jahra. Ia harus ekstra sabar, bahkan sampai menghafal dialog dan menjaga suasana hati lawan main kecilnya. “Aku juga harus mengarahkan ekspresi dan nadanya, jadi benar-benar double job. Capek, tapi hasilnya luar biasa,” ucapnya.
Lewat karakter Maria, Michelle ingin menyampaikan pesan sederhana tapi kuat kasih ibu tidak bisa digantikan. “Tagline ‘Jangan Panggil Mama Kafir’ kan lahir dari seorang anak untuk ibunya. Itu pengingat betapa hangatnya kasih seorang ibu,” ujarnya.
Film Jangan Panggil Mama Kafir akan tayang di bioskop mulai 16 Oktober 2025. Film ini menghadirkan drama keluarga tentang cinta, perbedaan keyakinan, dan keteguhan cinta seorang ibu.

