DUA karya presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terjual dalam Pameran Seni Rupa dan Lelang Lukisan untuk Bencana Sumatra di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Selasa, 23 Desember 2025. Salah satu karya terjual sebelum lelang dimulai seharga Rp 200 juta, satu lagi berjudul God’s Day terjual seharga Rp 311 juta.
God’s Day dilukis dengan cat minyak di atas kanvas berukuran 130 x 80 sentimeter. Menurut Susilo Bambang Yudhoyono, lukisan itu memperlihatkan pemandangan hutan saat bencana Sumatra yang terjadi di pengujung November. Setiap malam, palig tidak tiga jam SBY melihat video-video banjir Sumatra. Ada satu video yang menarik perhatiannya, di mana ada air deras yang menenggelamkan semuanya. “Ini adalah derita,Â
ini adalah tragedi, ini adalah humanityÂ
yang harus kita bicarakan,” kata SBY dalam lelang itu.Â
Ia melelang lukisan itu dengan harga pembuka Rp 100 juta. Tawaran berdatangan hingga akhirnya terjual Rp 311 juta. “Insyaallah berapa pun nanti dilepas, kamu semua ikhlas untuk diserahkan kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan,” katanya.Â
Melibatkan 26 Seniman
Ketua panitia Pameran Seni Rupa dan Lelang Lukisan untuk Bencana Sumatra, Aidil Usman, mengatakan ada sekitar 26 seniman yang terlibat dalam pameran dan lelang ini. Masing-masing menyerahkan dua karya untuk dipamerkan dan dilelang. Di acara lelang malam itu, dana yang terkumpul lebih dari Rp 800 juta. Sebagian lukisan yang belum terjual akan tetap ditawarkan untuk donasi Sumatra dalam sebuah katalog. “Post catalogue itu yang akan kami distribusikan untuk mengunggah kesadaran orang untuk donasi Sumatra” kata Aidil kepada Tempo, usai lelang.Â
Salah satu seniman yang menyumbangkan karyanya untuk lelang yang digagas Dewan Kesenian Jakarta itu adalah Masdibyo. Perupa asal Pacitan, Jawa Timur, itu membawa dua karyanya yang bertema Tanduk Emas (Berlari). Lukisan akrilik di atas kanvas itu menampilkan seekor banteng bertanduk emas yang tengah berlari. Untuk lukisan itu, ia membuka harga Rp 335.840.000.Â
Masdibyo mengatakan, lukisan itu tidak dimaksudkan menyinggung apa pun. “Saya melukis banteng itu tak ubahnya melukis yang lain seperti ayam, jagung, kucing, dan sebagainya. Jadi, tidak sama sekali ada singgungan atau pemilihan karena faktor politik,” katanya.Â
Ia menyertakan dua lukisannya sebagai bagian dari usaha untuk membantu saudara-saudara meringankan penderitaan mereka di tengah bencana. “Meskipun tidak seberapa, paling tidak bisa meringankan teman-teman kita yang di Sumatera,” katanya.Â