Monday, August 11, 2025
Google search engine
HomeHiburanLaut Bercerita Cetak Ulang ke-100, Leila S. Chudori Tampilkan Proses Kreatif Penulisan

Laut Bercerita Cetak Ulang ke-100, Leila S. Chudori Tampilkan Proses Kreatif Penulisan

TEMPO.CO, Jakarta – Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori memasuki cetakan ke-100 dengan ditandainya peluncuran edisi khusus. Tampilan edisi khusus ini pun merupakan variasi ketiga sejak diterbitkan pertama kali pada 2017.

Pada cetakan pertama, sampul Laut Bercerita menampilkan ilustrasi sisi dalam laut yang memperlihatkan ada banyak ikan berenang dengan padu warna biru laut. Kemudian di sisi bawah berwarna putih untuk menempatkan tulisan judul dan penulis “Laut Bercerita: Sebuah Novel oleh Leila S. Chudori”.

Pada tampilan kedua sampul cenderung berwarna biru tua dengan nuansa lebih gelap. Namun untuk ilustrasinya justru memperlihatkan ada kaki di dasar laut seolah menyiratkan seseorang yang tenggelam di dasar laut. 

BACA JUGA:   Pongki Barata Beri Dukungan ke Penyanyi Soal Hak Cipta, Ahmad Dhani: Mental Inferior

Pada tampilan ketiga untuk edisi khusus cetakan ke-100, Penerbit KPG justru lebih minimalis dengan menampilkan layaknya dokumen rahasia berwarna cokelat. Di depannya dihiasi dengan pernak-pernik paket dokumen bertuliskan “Dokumen Penting. Sangat Rahasia”.

Yang Istimewa di Edisi Khusus Laut Bercerita

Dalam edisi khusus, Leila juga menambahkan catatan personalnya saat penggarapan novel Laut Bercerita. Catatan bertuliskan tangan itu discan dan dimasukkan ke bagian akhir buku. “Di belakangnya ada contoh kalau saya lagi riset ada buku sakti yang saya coret-coret untuk silsilah keluarga tokoh. Itu gunanya, biarpun karakternya ada yang tak ditulis tapi itu untuk saya membuat karakter itu,” katanya di Gramedia Jalma, Jakarta Selatan pada Selasa, 15 Juli 2025. Ia mengaku .mempercayai seorang anak tumbuh dari respons orang tua membesarkannya. 

BACA JUGA:   Jadwal Indonesia di Kejuaraan Beregu Asia BATC 2024

Leila mengatakan, ia tak pernah menyangka Laut Bercerita bisa dibaca oleh angkatan yang lebih muda lantaran saat menuliskannya dengan tema Peristiwa 1998 untuk orang dewasa. Tapi ia tak menyadari bahwa Gen Z saat ini sudah dewasa. “Meski penulisan tokoh tak kalah pentingnya dibandingkan isu atau tema yang saya angkat. Makanya selalu saya usahakan dia hidup,” tuturnya.

Penulis novel Pulang itu mengatakan, tantangannya untuk menciptakan tokoh yang jujur saat menulis novel terdapat pada konsistensi kejujuran atau terlalu berlebihan. “Antara kita jujur dan terlalu tumpah ruah itu berbeda. Misalnya menciptakan tokoh Rinjani itu sebetulnya sedih betul karena dia anak yang ceria, cantik, dan berbakat menjadi seorang tokoh berbeda yakni hancur,” katanya.

BACA JUGA:   Final Carabao Cup, Gol Tunggal Van Dijk Bawa Liverpool Juara

Meski tokoh Rinjani bagi pembaca mungkin tak menemukan kehancurannya secara fisik, namun pembaca menyadari ia mengalami kehancuran mental. “Sebenarnya saya tak tega menuliskannya tapi itu yang terjadi realitanya. Siapa pun yang kehilangan keluarganya atau kekasih akan merasakan kesedihan tanpa closure. Tapi saya harus menulis itu karena demikianlah perasaan seorang istri atau kekasih saat ditinggalkan,” katanya.

Source link

BERITA TERKAIT

BERITA POPULER