Jakarta, CNN Indonesia —
Hamas dan milisi di Palestina, Jihad Islam, mengaku bertanggung jawab soal pengeboman di pusat komersial Ibu Kota Tel Aviv, Israel, pada Minggu (18/8).
“[Kami] melaksanakan operasi bunuh diri yang terjadi pada Minggu malam di kota Tel Aviv,” demikian rilis bersama milisi itu pada Senin (19/8), dikutip AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hamas dan Jihad Islam lalu mengancam akan melakukan lebih banyak serangan serupa di Israel.
“[Serangan akan berlanjut] selama pembantaian pendudukan, pemindahan penduduk sipil, dan kebijakan pembunuhan terus berlanjut,” imbuh mereka.
Bom bunuh diri itu terjadi di Tel Aviv dan memicu ledakan dahsyat. Serangan ini menyebabkan satu orang mengalami luka-luka.
Polisi Israel sebelumya menyatakan bahwa ledakan itu adalah “serangan teroris.”
Serangan kedua kelompok itu terjadi saat Israel masih menggempur habis-habisan Jalur Gaza sejak Oktober 2023. Operasi mereka menyebabkan lebih dari 40.000 orang di Palestina meninggal.
Serangan Hamas dan Jihad Islam juga berlangsung tak lama setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken berkunjung ke Israel.
Blinken melawat ke negara Timur Tengah itu untuk membahas kesepakatan gencatan senjata. Di sana, dia bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Negosiasi gencatan senjata Hamas-Israel kerap berakhir buntu.
Terbaru, Hamas menuding Israel sengaja menggagalkan kesempatan gencatan senjata karena mengajukan tuntutan baru.
Salah satunya adalah Netanyahu ingin pasukan Israel ditempatkan di Koridor Philadelphia untuk mencegah penyelundupan senjata.
(isa/rds)