Bisnis.com, JAKARTA — Sosok orang nomor satu di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) kembali mengalami perombakan. Kali ini, Glenny Kairupan didapuk menjadi Direktur Utama Garuda Indonesia menggantikan Wamildan Tsani.
Pengangkatan Glenny Kairupan dilaksanakan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Rabu (15/10/2025). Kursi panas bos perusahaan maskapai pelat merah (flag carrier) itu membuat pergantian bergulir dengan dinamis dalam periode 2 dekade terakhir.
Dalam periode 2005 hingga 2025, ada tujuh orang yang duduk di kursi orang nomor satu Garuda Indonesia. Emirsyah Satar, termasuk bos Garuda yang cukup lama menjabat, dari periode 2005—2014. Selanjutnya, Emirsyah digantikan oleh Muhammad Arif Wibowo (2014-2017) dan dilanjutkan oleh Pahala N. Mansury (2017-2018).
Tongkat estafet bos Garuda Indonesia kemudian beralih ke tangan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Askhara sejak 12 September 2018. Garuda diterpa rentetan kabar tidak sedap selama kepemimpinan Ari Askhara.
Salah satunya, GIAA menghadapi kasus manupulasi Laporan Keuangan 2018. Dalam kasus itu, laporan keuangan Garuda Indonesia dianggap tidak sesuai dengan standar pelaporan dan akuntansi karena mencantumkan pendapatan dimuka dari PT Mahata Aero Teknologi sehingga perseroan meraih laba US$809.000. Berikutnya, kinerja operasional GIAA diperkeruh oleh kisruh kerja sama operasi antara Garuda Indonesia dengan Sriwijaya Air.
Kasus lain yang menyita perhatian publik dengan skala nasional adalah ketika terungkap kabar bahwa Ari Askhara terlibat dalam penyelundupan suku cadang motor Harley Davidson bekas dan 2 unit sepeda Brompton yang dibawa masuk ke Indonesia menggunakan Airbus 330-900neo.
Sederet kasus itu berujung pada pencopotan Ari Askhara dan empat direktur Garuda Indonesia oleh Menteri BUMN Erick Thohir pada 4 Desember 2019.
Butuh waktu selama 48 hari sejak pemberhentian Arie Askhara dkk oleh Menteri BUMN Erick Thohir agar GIAA bisa mendapatkan para pemegang tuas kendali yang baru. Untuk sementara, Fuad Rizal yang merupakan Direktur Keuangan GIAA didapuk sebagai Plt. Dirut Garuda Indonesia.
Sosok Irfan dan Wamildan
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dilaksanakan pada 22 Januari 2020, pemegang saham GIAA sepakat untuk menunjuk sejumlah nama baru untuk mengisi jabatan direksi maupun komisaris perseroan secara definitif.
Adalah Irfan Setiaputra yang dipercaya untuk menjadi kapten yang diharapkan dapat membawa Garuda Indonesia kembali lepas landas dari keterpurukan.
Irfan merupakan lulusan Sarjana Informatika ITB. Pada 2002—2012, Irfan menjadi Country Manager-Managing Director PT Cisco Systems Indonesia, sebuah perusahaan teknologi informasi. Langkahnya masuk BUMN dimulai pada 2009, dengan menjabat sebagai Presiden Direktur-CEO PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau biasa disebut PT INTI, hingga 2012. Selanjutnya, dia hijrah ke sektor pertambangan dengan menjabat sebagai Presiden Direktur-CEO PT Titan Mining Indonesia. Pada 2014, Irfan berpindah ke Tiara Marga Trakindo (TMT) Group.
Pria kelahiran Jakarta, 24 Oktober 1964 itu tercatat pernah menduduki jabatan Presiden Komisaris PT Reswara Minergi Hartama, Presiden Direktur PT Cipta Kridatama, dan Direktur PT ABM Investama Tbk. Jabatan di entitas TMT Group itu dipegang hingga 2017. Sementara itu, berdasarkan keterangan Garuda Indonesia, pada 2019 jabatan terakhir Irfan adalah CEO Sigfox Indonesia.

Irfan menjabat sebagai Dirut Garuda Indonesia selama hampir 4 tahun sebelum dicopot pada 15 November 2024. Pencopotan Irfan dilakukan belum genap 1 bulan Presiden Prabowo Subianto dilantik.
Perjalanan Irfan selama menjalankan peran sebagai bos Garuda Indonesia terbilang diwarnai oleh berbagai turbulensi yang sangat menantang. Dia bergabung dengan Garuda bertepatan dengan dimulainya masa pandemi Covid-19 dan operasional pesawat yang terkendala pembatasan mobilitas publik di tengah krisis kesehatan.
Di sisi finansial, bom waktu utang jumbo Garuda Indonesia juga meledak di era kepemimpinan Irfan Setiaputra. Sebagai orang nomor satu di perusahaan BUMN itu, Irfan punya tugas berat untuk bernegosiasi dengan kreditur, leasing pesawat, hingga pemegang obligasi agar Garuda tidak terjerumus ke lubang pailit.
Setelah melalui proses negosiasi dan persidangan yang berliku dan berkepanjangan, GIAA bisa selamat melalui proses restrukturisasi utang. Restrukturisasi tersebut tertuang dalam keputusan homologasi tertanggal 27 Juni 2022. Berbekal keputusan itu, GIAA perlahan-lahan berbenah sembari memenuhi kewajiban yang tertuang dalam skema restrukturisasi utang yang disepakati bersama dengan para pemilik piutang.
Di bawah pemerintahan Presiden Prabowo, jabatan bos Garuda Indonesia diserahkan ke tangan Wamildan Tsani Panjaitan. Wamildan sebelumnya merupakan Plt. Direktur Utama PT Lion Air sejak 2022.

Wamildan yang berasal dari industri penerbangan komersial punya ambisi besar ketika duduk di kursi bos Garuda. Dia menyiapkan tiga langkah strategis. Pertama, melaksanakan evaluasi secara menyeluruh keuangan dan operasional Garuda Indonesia.
Kedua, akselerasi kinerja perusahaan, termasuk optimalisasi operational cost dan meningkatkan aktivitas-aktivitas yang berpotensi meningkatkan sumber pendapatan Garuda. Ketiga, ekspansi jaringan dan peningkatan kualitas layanan, termasuk dengan meningkatkan kapasitas pesawat dan menambah rute-rute domestik dan nasional.
Orang Dekat Prabowo dan Suntikan Danantara
Belum genap 1 tahun menduduki kursi panas Bos Garuda, Wamildan digantikan oleh Glenny H. Kairupan yang sebelumnya duduk sebagai Komisaris GIAA sejak RUPSLB pada Agustus 2024.
Glenny Kairupan punya latar belakang yang jauh berbeda dengan Wamildan. Glenny diketahui merupakan orang dekat Presiden RI Prabowo Subianto. Dia menjabat sebagai Komisaris di perusahaan alutsista PT Teknologi Militer Indonesia (PT TMI). Glenny juga sebelumnya merupakan anggota Dewan Pembina Partai Gerindra sekaligus Direktur Penggalangan Badan Pemenang Nasional Prabowo dan Sandiaga Uno pada Pemilihan Presiden 2019.
Pria kelahiran 1949 ini seangkatan dengan Prabowo Subianto di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Magelang, pada 1970. Setelah dilantik sebagai Letnan Dua Infanteri pada 1973, Glenny mulai menapaki karier militernya dengan berbagai penugasan strategis di tubuh TNI AD. Dia sempat menempuh pendidikan di Lembaga Pendidikan Perhubungan Udara Curug dan kemudian menjadi pilot helikopter di Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad).
Dalam masa tugasnya, Glenny juga tercatat terlibat langsung dalam operasi militer di Timor Timur pada 1976, salah satu operasi besar yang menandai fase awal kariernya di medan tempur. Kariernya di militer terus menanjak hingga menduduki sejumlah jabatan penting, antara lain Komandan Korem 073/Makutarama Salatiga, Asisten Intelijen Divisi Infanteri 1 Kostrad, serta Asisten Atase Pertahanan di Filipina.
Memasuki fase akhir pengabdian militernya, Glenny kemudian dipercaya bertugas di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Di lembaga strategis tersebut, dia menjabat sebagai Widyaiswara Madya Bidang Geografi dan Sumber Kekayaan Alam, dengan pangkat Brigadir Jenderal.
Glenny menutup karier militernya pada 2004 dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Dua dekade berselang, pada 10 Agustus 2025, Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan kenaikan pangkat kehormatan menjadi Letnan Jenderal (Kehormatan) kepada Glenny atas jasanya dalam berbagai operasi militer, termasuk di Timor Timur.
Ke depan, Glenny punya pekerjaan yang berat untuk melanjutkan transformasi dan penyehatan Garuda Indonesia. Apalagi, maskapai pelat merah itu sedang menyusun aksi penambahan modal tanpa HMETD atau private placement senilai Rp30,31 triliun. Private placement tersebut akan dijalankan oleh PT Danantara Asset Management (Persero).
Berdasarkan keterbukaan informasi, sehubungan dengan upaya restrukturisasi, GIAA akan menggelar PMTHMETD yang akan dilakukan oleh Danantara dengan dua skema. Pertama, setoran modal dalam bentuk uang tunai. Kedua, konversi pinjaman pemegang saham (shareholder loan/SHL) menjadi saham baru.
Total dana private placement itu mencapai US$1,84 miliar atau Rp30,31 triliun (kurs Rp16.421 per dolar AS). Secara terperinci, Danantara akan melakukan penyetoran modal secara tunai kepada GIAA sebanyak-banyaknya US$1,44 miliar atau Rp23,66 triliun dan konversi SHL menjadi saham baru sebesar US$405 juta atau Rp6,65 triliun.
Penyetoran modal melalui PMTHMETD sendiri wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS). GIAA pun mengagendakan RUPS luar biasa (RUPSLB) pada 12 November 2025 untuk menyepakati gelaran private placement tersebut.
Adapun, gelaran private placement atau suntikan dana dari Danantara sendiri dilakukan sebagai upaya restrukturisasi. GIAA mempertimbangkan urgensi perbaikan posisi keuangan perseroan secara menyeluruh, serta kebutuhan pendanaan yang mendesak untuk menjaga kelangsungan usaha dan operasional perseroan dan entitas anak.
Perombakan struktur manajemen Garuda Indonesia jelang 1 tahun pemerintahan Prabowo-Gibran kali ini tak hanya menyentuh posisi direktur utama. Perseroan juga menunjuk Thomas Sugiarto Oentoro sebagai Wakil Direktur Utama, serta Balagopal Kunduvara, eks petinggi Singapore Airlines, sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko yang baru.
Kunduvara sebelumnya menjabat sebagai Divisional Vice President Financial Services Singapore Airlines sejak 2021. Kunduvara telah malang-melintang menempati sejumlah posisi di Singapore Airlines sejak dari 2000 sebagai Senior Technical Services Engineer. Kunduvara akan mengisi jabatan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko GIAA menggantikan Prasetio yang telah diberhentikan dalam RUPSLB Juni 2025.
Terpisah, CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Rosan Roeslani menjelaskan alasan di balik perubahan jajaran direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA).
Rosan menegaskan, perubahan jajaran direksi GIAA dilakukan untuk memperkuat tim manajemen dalam mengeksekusi rencana restrukturisasi dan penguatan fundamental maskapai pelat merah tersebut.
“Kalau dilihat secara keseluruhan, pergantian ini bukan semata-mata pergantian individu, tetapi bagian dari upaya memperkuat Garuda secara menyeluruh — baik dari sisi finansial, perencanaan, maupun pelaksanaan strateginya,” ujar Rosan saat ditemui pada agenda Forbes Global CEO Conference 2025 di Jakarta pada Rabu (15/10/2025).
Rosan menjelaskan, Danantara sejauh ini telah menempatkan dana sebesar US$405 juta untuk memperkuat struktur keuangan Garuda, dan ke depan masih akan menambah modal sepanjang seluruh rencana bisnis dapat dieksekusi dengan baik. Oleh sebab itu, Danantara ingin memastikan tim manajemen GIAA kuat dan solid. (Lorenzo A. Mahardhika)

