Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (16/10/2025) waktu setempat seiring dengan kekhawatiran investor terhadap tekanan kredit di bank regional dan memanasnya perang dagang AS–China.
Melansir Reuters pada Jumat (17/10/2025), indeks S&P 500 turun 0,63% menjadi 6.629,07, sementara Nasdaq melemah 0,47% ke 22.562,54. Adapun, indeks Dow Jones Industrial Average merosot 0,65% ke 45.952,24.
Sebanyak 10 dari 11 sektor dalam indeks S&P 500 berakhir di zona merah, dipimpin oleh sektor keuangan yang anjlok 2,75%, disusul energi yang turun 1,12%.
Volume transaksi di bursa AS tercatat tinggi, mencapai 22,4 miliar saham, dibandingkan rata-rata 20,5 miliar saham dalam 20 sesi terakhir.
Saham Zions Bancorporation merosot 13% setelah bank regional tersebut melaporkan kerugian tak terduga dari dua pinjaman di California, menambah kekhawatiran investor terhadap potensi tekanan kredit di tengah ketidakpastian ekonomi dan suku bunga tinggi.
Sementara itu, Western Alliance juga jatuh 10,8% setelah mengajukan gugatan penipuan terhadap salah satu debiturnya. Kekhawatiran terhadap pembiayaan komersial meningkat sejak kebangkrutan First Brands dan Tricolor pada September lalu.
“Ada tingkat kekhawatiran tertentu di pasar kredit. Jika Anda sudah lama di pasar ini, Anda tidak akan mengabaikan setiap tanda bahaya di sektor kredit,” ujar Ron Albahary, Chief Investment Officer LNW di Philadelphia.
Selain isu perbankan, investor juga mencermati perkembangan perang dagang AS–China setelah eskalasi baru terjadi pekan lalu. Presiden Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif 100% terhadap produk China mulai 1 November, serta menyiapkan langkah pembalasan lain menyusul pembatasan ekspor logam tanah jarang oleh Beijing.
“Ketidakpastian yang meningkat akibat ketegangan perdagangan AS–China dan dampaknya terhadap ekonomi menjadi faktor tambahan yang mengguncang pasar,” ujar Tom Hainlin, Strategis Investasi di U.S. Bank Wealth Management Minneapolis.
Meski demikian, sentimen positif dari optimisme terhadap kecerdasan buatan (AI) dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed masih menjadi penopang utama reli Wall Street tahun ini.
S&P 500 tercatat naik 12% sepanjang 2025, dengan valuasi mencapai 23 kali laba per saham yang diharapkan — tertinggi dalam lima tahun terakhir, menurut data LSEG.
Laporan keuangan solid dari bank-bank besar AS pekan ini juga memberi sinyal ketahanan ekonomi, meskipun sebagian data makroekonomi masih tertunda akibat penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown).
Konsensus analis memperkirakan laba agregat S&P 500 naik 9,2% pada kuartal III/2025, meningkat dari proyeksi sebelumnya 8,8%, berdasarkan data LSEG I/B/E/S.