SUTRADARA Nia Dinata menuturkan menggarap film dokumenter Raminten Universe: Life is a Cabaret agar kisah Raminten menjadi cermin bahwa di negeri dengan keberagaman seluas ini, inklusivitas bukan hanya wacana, tapi sesuatu yang bisa diwujudkan lewat tindakan sehari-hari. Pemutaran film Raminten Universe dilakukan di Institut Francais Indonesie, Jakarta pada Selasa, 16 September 2025.
Pilihan Editor: Hamzah Sulaiman alias Raminten: Sang Ikon Yogyakarta
Kegelisahan Nia Dinata Soal Minimnya Pengetahuan Raminten
Sebelum pemutaran, Nia Dinata mengatakan kegelisahannya atas minimnya pengetahuan soal pendiri Raminten Cabaret. Hal ini mendorongnya untuk mendokumentasikan kisah Hamzah Sulaiman sebagai pendiri. “Media dari Amerika Serikat pada 2017 menampilkan foto-foto drag queen tapi tak menarasikan pendirinya siapa,” katanya.
Sementara produser film, Dena Rachman menuturkan pemutaran Raminten Universe akan menjadi momen refleksi sekaligus perayaan. Lebih dari sekadar tayangan, ia sengaja menghadirkan anggota Raminten Cabaret dari Yogyakarta, sehingga para aktivis, dan komunitas lintas latar belakang dapat membahas bagaimana nilai-nilai inklusivitas dihidupkan di tengah dinamika sosial yang terjadi setiap hari.
Ia mengatakan, film ini mendorong penonton mampu melihat dengan jernih di tengah urban chaos, nurani kebajikan adalah jembatan terkuat antar identitas yang bisa menyatukan sesama manusia. “Semoga pemutaran film ini bukan hanya hiburan, tetapi juga pengingat bahwa masyarakat kita akan tumbuh kokoh jika dibangun atas dasar empati, penerimaan, dan inklusi nyata,” tuturnya.
Dalam film Raminten Universe, narasi meyakinkan penonton inklusivitas bukan sekadar diskursus, melainkan perilaku nyata yang bisa menyelamatkan harga diri dan eksistensi banyak orang. “Warisan Raminten adalah keberanian untuk mencintai tanpa membedakan. Di tengah tantangan kota besar seperti segregasi sosial dan jarak antar kelompok, Raminten mengajak masyarakat untuk lebih peduli kepada sesama. Semoga pesan ini hidup di hati setiap penonton dan menginspirasi aksi nyata di komunitas mereka,” kata Direktur House of Raminten, Ratri.
Kisah Raminten Universe: Life is a Cabaret
Raminten Universe: Life is a Cabaret menghadirkan kisah inspiratif Kanjeng Hamzah Sulaiman, sosok di balik karakter Raminten, yang menjadikan seni dan budaya sebagai bahasa universal untuk menyatukan perbedaan. Film dokumenter ini menyoroti bagaimana kebaikan hati dan penerimaan tanpa syarat dapat menghapus stigma, memberdayakan komunitas yang terpinggirkan, dan menciptakan ruang aman bagi semua orang untuk berekspresi.
Di tengah keberagaman dan tantangan sosial masyarakat urban di Indonesia, Raminten Universe menjadi pengingat bahwa inklusivitas bukan hanya konsep, tetapi tindakan nyata yang mampu mentransformasi kehidupan dan memperkuat jembatan kemanusiaan di negeri ini.
Kisah dalam film ini memiliki relevansi kuat dengan realitas kehidupan masyarakat kota besar yang penuh keberagaman, di mana keberagaman etnis, agama, gender, dan latar belakang sosial kerap berhadapan dengan ketimpangan ekonomi, stereotip, dan diskriminasi. Di tengah tantangan ini, melalui karyanya, Hamzah Sulaiman mengajarkan kebaikan hati dan sikap dermawan dengan mengabaikan sekat sosial menjadi ruang inklusif yang mengubah kehidupan banyak orang melalui pemberdayaan inklusif, terciptanya ruang aman untuk berekspresi, dan harmonisasi.
Warisan Hamzah Sulaiman
Meski Kanjeng Hamzah Sulaiman telah berpulang, semangat dan warisannya tetap hidup. Raminten Cabaret berkomitmen untuk melanjutkan visi beliau dengan mempertahankan panggung sebagai ruang aman bagi semua, menjaga keberagaman sebagai kekuatan, dan terus membuka peluang kerja bagi komunitas kreatif dan kelompok yang kerap terpinggirkan.
Para sahabat, keluarga, dan tim yang pernah dibimbing langsung oleh Kanjeng kini bersatu menjaga semangat ini agar tetap menyala. Mereka tidak hanya melanjutkan pertunjukan, tetapi juga merangkul lebih banyak komunitas inklusif di Yogyakarta dan kota lainnya.

