Bisnis.com, JAKARTA – Eropa disebut membutuhkan mata uang digital untuk melindungi diri dari ancaman bentuk-bentuk uang baru seperti stablecoin. Kehadiran mata uang digital juga dapat mengurangi ketergantungan pada perusahaan pembayaran AS di tengah meningkatnya ketegangan politik.
Kepala Ekonom Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB), Philip Lane mengatakan, euro digital akan membatasi kemungkinan stablecoin mata uang asing mendapatkan pijakan sebagai alat tukar di negara-negara pengguna mata uang euro atau Eurozone.
“Euro digital bukan hanya tentang memastikan sistem moneter kita beradaptasi dengan era digital. Ini tentang memastikan bahwa Eropa mengendalikan takdir moneter dan keuangannya, dengan latar belakang meningkatnya fragmentasi geopolitik,” kata Lane dalam sebuah konferensi di Cork, Irlandia dikutip dari Bloomberg, Kamis (20/3/2025).
Lane menyebut, minat Eropa pada pasar stablecoin, yang sangat terkait dengan dolar, meningkat pesat. Dia juga menyoroti ketergantungan saat ini pada penyedia kartu pembayaran AS Visa dan Mastercard, serta perusahaan teknologi termasuk PayPal, Apple, dan Google.
ECB meluncurkan proyek euro digitalnya pada 2021 dan akan menyelesaikan fase persiapan pada bulan Oktober untuk meletakkan dasar bagi penerbitan potensial. Namun, untuk mewujudkan mata uang digital sebagai pengganti uang tunai, para pejabat tengah menunggu undang-undang Uni Eropa, yang penyusunannya masih tertunda.
Sebelumnya, Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan kepada para anggota parlemen di Brussels bahwa benua itu harus mempercepat kemajuan pada euro digital ritel dan grosir, yang akan memperkuat kedaulatan dan mengurangi kerentanan.
Presiden AS, Donald Trump membuat khawatir para politisi Eropa tidak hanya dengan ancaman tarif dan upayanya untuk mencapai kesepakatan damai atas Ukraina, tetapi juga dengan mempromosikan stablecoin yang didukung dolar di seluruh dunia sebagai bagian dari strategi kripto yang lebih luas.
Anggota Dewan Gubernur ECB Francois Villeroy de Galhau memperingatkan minggu lalu bahwa AS berisiko menimbulkan keadaan darurat keuangan berikutnya melalui dukungannya terhadap mata uang kripto dan keuangan nonbank.
Dengan latar belakang tersebut, Lane mengatakan euro digital dapat mengatasi fragmentasi terus-menerus di Eropa dalam pembayaran ritel, sekaligus berfungsi sebagai katalisator kolaborasi antara bank dan penyedia layanan pembayaran.
“Kasus untuk mata uang digital bank sentral sangat kuat terutama untuk persatuan moneter, terutama dalam konteks sistem pembayaran yang terfragmentasi dan bergantung pada pihak eksternal,” katanya.