FILM Pangku menjadi tonggak baru bagi Reza Rahadian yang untuk pertama kalinya duduk di kursi sutradara. Selama ini dikenal sebagai salah satu aktor papan atas Indonesia, Reza membuktikan diri mampu mengawal sebuah produksi dari balik kamera. Ia tidak hanya mengarahkan teknis, tetapi juga menekankan pendalaman cerita dan karakter, sehingga setiap detail dalam film terasa lebih hidup.
Pilihan Editor: Film Pangku karya Sutradara Reza Rahadian Terbang ke Berbagai Festival Film Internasional
Reza Rahadian: Tegas Tapi Hangat di Balik Kamera
Para pemeran mengakui bahwa Reza membawa energi baru di lokasi syuting. Fedi Nuril pemeran Hadi menyebut Reza sebagai sosok yang tegas dan tahu persis apa yang ingin dicapai dalam setiap adegan. Dengan bercanda, seluruh cast setuju bahwa Reza kadang terlihat “galak”, namun jelas arahnya.
Claresta Taufan pemeran Sartika pun sepakat, menyebut ketegasan Reza lahir dari kepedulian terhadap orang-orang di sekitarnya. “Dia tegas karena peduli dengan manusia-manusia yang bermain dalam karya ini,” katanya. Meski demikian, suasana syuting tetap hangat karena Reza kerap mencairkan atmosfer lewat candaan. Para cast menilai kombinasi sikap tegas, peduli, dan hangat ini membuat proses produksi berjalan intens sekaligus menyenangkan.
Film Pangku. Dok. Gambar Gerak
Bagi Reza sendiri, debut ini adalah perjalanan belajar sekaligus bentuk tanggung jawab baru. Ia menyebut tantangan sebagai sutradara sangat berbeda dengan menjadi aktor, karena harus memikirkan film sebagai satu kesatuan. “Yang penting buat saya adalah membuat karya yang baik dengan sejujurnya, bersama teman-teman. Itu dulu yang utama,” ungkapnya. Reza menambahkan, “Paling banyak bersyukur aja sih bahwa akhirnya karya ini terjadi. Karena saya percaya, karya yang baik adalah karya yang terjadi.”
Sambutan Hangat di Kancah Internasional
Debut Reza lewat Pangku langsung mendapat pengakuan di kancah internasional. Film ini terpilih mengikuti Hong Kong-Asia Film Financing Forum (HAF) ke-23, masuk program HAF Goes to Cannes, hadir di Cannes Film Market serta Cannes Film Festival 2025, hingga memperoleh dukungan dari Red Sea Film Foundation. Pencapaian ini semakin istimewa dengan terpilihnya Pangku untuk berkompetisi di Busan International Film Festival (BIFF) 2025 yang berlangsung pada 17–26 September mendatang.
Produser Gita Fara menyebut dukungan tersebut sebagai awal yang membanggakan. “Senangnya karya debut pertama ini bisa diterima dengan baik di dalam negeri, tapi juga sudah mendapatkan recognition di luar negeri. Dukungan ini luar biasa banget untuk film Pangku,” ujarnya. Ia menambahkan, Reza tidak hanya hadir dalam pemutaran, tetapi juga bersaing dengan film-film Asia lain dalam kategori First or Second Time Director Awards di BIFF.
Reza sendiri menekankan bahwa fokus utamanya sejak awal bukan pada festival, melainkan membuat karya yang baik. “Saya tidak bikin film ini spesifik untuk festival A, B, atau C. Saya hanya mau bikin film yang baik bersama kawan-kawan. Ketika kemudian ada platform atau festival yang merespons baik, ya alhamdulillah,” katanya.
Lebih jauh, Reza menyebut keberhasilan Pangku berkompetisi di BIFF memberi kebanggaan tersendiri karena membawa nama Indonesia di panggung dunia. “Entitlement-nya bukan hanya pada filmnya, tapi pada Indonesianya. Jadi ketika disebut ‘Pangku Indonesia’, kata ‘Indonesia’-nya itu yang paling berarti,” ungkap Reza.

