Jakarta, CNN Indonesia —
China merespons penangkapan mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte di Bandara Internasional Ninoy Aquino Manila, Selasa (11/3).
Filipina mengeklaim penangkapan Duterte atas permintaan Pengadilan Kriminal Internasional (International Criminal Court/ICC) yang dilaksanakan kepolisian di Manila.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beijing menyatakan telah mengetahui pemberitahuan dan pemberitaan secara seksama dan terus memantau perkembangan mengenai penangkapan Duterte.
“China sudah mengetahui pemberitaan yang relevan dan secara ketat memantau perkembangan (penangkapan Duterte),” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning, seperti dikutip dari China Daily.
Duterte ditangkap kepolisian Manila setelah tiba di Manila dari lawatannya di Hong Kong, China.
Duterte masuk dalam daftar buronan ICC terkait tuduhan kejahatan terhadap hak asasi manusia dalam operasi anti-narkoba yang dilakukannya saat masih menjadi Presiden Filipina.
Mao Ning kemudian menekankan bahwa China selalu meminta ICC mengikuti secara ketat prinsip saling melengkapi dalam yurisdiksi.
Beijing menyatakan bahwa Pengadilan Kriminal Internasional harus “menjalankan kewenangannya secara bijaksana berdasarkan hukum dan menghindari politisasi dan standar ganda.”
Duterte disebut memiliki kedekatan khusus dengan China dan kebijakannya condong ke Beijing ketika masih menjabat sebagai Presiden Filipina.
Sebelumnya, putri Duterte, Sara Duterte mengatakan bahwa ayahnya dipaksa naik ke dalam pesawat untuk dibawa terbang ke markas ICC di the Hague, Belanda.
(bac)
