Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah mendorong pembiakan dan penggemukan sapi hidup dalam negeri guna meningkatkan ketersediaan ternak, memperkuat peternakan lokal, serta memberi dampak ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan dampak ekonomi lanjutan dengan peningkatan pengadaan live cattle (ternak hidup) dan dilanjutkan pembiakan di dalam negeri diyakini akan mampu mengembangkan peternakan lokal.
Dia menyampaikan pemerintah ke depannya tidak hanya memenuhi ketersediaan daging ruminansia dari pengadaan dalam bentuk daging beku saja dikarenakan dampak ekonomi lanjutan tidak luas.
Untuk itu, pemerintah akan mulai mereduksi angka pengadaan daging beku dari luar negeri dan membuka pengadaan live cattle dengan berbagai jenis. Hal itu sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto.
“Sesuai arahan Presiden, ingin mengembangkan sapi hidup. Jadi bukan daging langsung yang diimpor, tetapi sapi hidupnya. Kita pengennya bukan daging yang banyak, tapi sapi hidup supaya ekonomi di pedesaan itu bisa hidup, pembiakan dan penggemukan di situ,” jelas Arief, dikutip Antara, Jumat (3/10/2025).
Adapun keperluan kebutuhan pasokan dari luar negeri tersebut salah satunya berdasarkan Proyeksi Neraca Pangan untuk daging sapi/kerbau.
Berdasarkan data per 2 September, produksi daging sapi/kerbau dalam negeri sepanjang tahun 2025 diperkirakan sebanyak 555.100 ton. Angka itu meningkat sekitar 17,8% dibandingkan 2024 tercatat 471.200 ton.
Di sisi lain, proyeksi kebutuhan setahun pada 2025 berkisar di 766.900 ton, sehingga ada defisit antara produksi dan konsumsi.
“Kita patut memberikan apresiasi kepada teman-teman di Kementerian Pertanian yang terus meningkatkan produksi daging ruminansia dalam negeri secara gradual. Produksi dalam negeri tetap harus diutamakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Arief.
Sementara itu, berdasarkan Panel Harga Pangan Bapanas perkembangan harga daging ruminansia terpantau masih cukup stabil pada Oktober. Rata-rata harga daging sapi secara nasional berada di Rp134.900 per kilogram (kg).
Hal itu menurun 0,17% dibandingkan dengan sebulan sebelumnya yang mencapai Rp135.133 per kg. Sementara rata-rata harga daging kerbau lokal mencapai Rp141.080 per kg dan menurun 0,20 persen dibandingkan sebulan sebelumnya Rp141.361 per kg.
Untuk itu, Arief menambahkan dengan menggalakkan pembiakan dan penggemukan sapi hidup di dalam negeri akan menciptakan dampak ekonomi lanjutan.
“Kalau ada pembiakan dan penggemukan kan ada yang ngarit, ada yang ngasih hijauan, ada yang ngasih pakan. Itu kan ada tenaga kerja untuk membiakkan dan menggemukkan. Jadi bukan hanya beli daging, habis itu keuntungannya di pedagang dan importir saja,” kata Arief.

