Thursday, November 6, 2025
Google search engine
HomeHiburanAlasan FFI Masukkan Film Animasi ke Kategori Film Cerita Panjang Terbaik

Alasan FFI Masukkan Film Animasi ke Kategori Film Cerita Panjang Terbaik

FILM animasi yang semula masuk dalam kategori terpisah, kini diperkenankan secara sah bergabung dalam kategori Film Cerita Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia atau FFI 2025. Dalam 25 daftar film yang masuk nominasi Piala Citra untuk Film Cerita Panjang Terbaik pada tahap seleksi awal, dua film animasi, yakni Jumbo dan Panji Tengkorak masuk di dalamnya.

Sebab pada gelaran FFI sebelumnya, film animasi ditempatkan dalam kategori penghargaan khusus seperti nominasi Film Animasi Panjang Terbaik dan Film Animasi Pendek Terbaik. Namun kini, baik film animasi maupun film live action sama-sama punya peluang untuk kategori umum.

Ketua Komite FFI 2025 Ario Bayu menuturkan, dirinya juga sempat mendengar kabar film animasi tak sesuai dengan persyaratan FFI untuk dimasukkan ke dalam kategori Film Cerita Panjang Terbaik. “Waktu saya mendengar isu tersebut, saya langsung mengadakan rapat sama ketua penjurian dan tim penjurian untuk mendiskusikan ini. Kalau saya pribadi, waktu itu kami melihat upaya FFI objektifnya adalah untuk memberikan evolusi dan progres terhadap industri. Jadi harus selalu berkembang, dan saat ini film animasi juga luar biasa korelasinya,” katanya kepada Tempo melalui wawancara virtual pada Jumat, 12 September 2025.

BACA JUGA:   Papua dan Sumatera Kembali Punya Wakil di Liga 1

Ketua Komite Festival Film Indonesia 2025 Ario Bayu menjelaskan proses persiapan malam nominasi dan penjurian dalam wawancara dengan Tempo melalui aplikasi Zoom, 12 September 2025. Tempo/Bagus Pribadi

Saat itu, ia mengatakan FFI melakukan rapat dengan Asosiasi Industri Animasi Indonesia dan Asosiasi Produser Film Indonesia, serta asosiasi lainnya dan memutuskan agar film animasi masuk dalam kategori Film Cerita Panjang Terbaik. “Tapi nominasinya itu masih tak bisa semuanya ya, karena kan tak mungkin ada aktor di situ, untuk Aktor Terbaik. Sejauh ini masih ada enam kategori yang memungkinkan film animasi yang sedang kami bahas,” kata Ario.

Sebab itu, baik aturan dan syarat yang menyatakan film animasi tak memenuhi untuk dinominasikan ke dalam Film Cerita Panjang Terbaik, sudah diubah dan sudah pantas masuk ke dalam nominasi. “Jadi ada beberapa kategori memang tidak bisa masuk. Tapi bisa masuk film terbaik, sutradara terbaik, ada penulisan naskah. Tapi akan bertambah nominasinya untuk film animasi karena ini sifatnya masih progres,” tuturnya.

BACA JUGA:   Bank Sentral India Dorong Lembaga Keuangan Pakai AI, Tekan Angka Keluhan

Menurut dia, pengurus FFI hanya memelihara acara tahunan itu yang telah digagas sejak dulu, bukan pemegang regulasi sehingga tak ada salahnya mengubah syarat untuk memenuhi inklusivitas pelbagai jenis film. “FFI sudah dikukuhkan sejak 1955 oleh Jamaluddin Malik dan Usmar Ismail. Jadi setiap ada perubahan industri, setiap ada progress dalam industri, kami juga harus mewadahi. Itu sudah menjadi fungsi utama kami. Mungkin dulu belum ada film animasi, tahun 1955 mana ada,” ujar Ario.

Ario juga menuturkan, setelah mengikuti perkembangan teknologi, maka pengkategorisasian dalam FFI juga harus berkembang. “Jadi kami pun juga harus mengadopsi dan beradaptasi terhadap perubahan zaman dan teknologi. Kami mengikuti alur evolusi industrinya,” katanya.

Peran Film Animasi

Ario tak memungkiri film animasi sangat berperan dalam ekosistem perfilman di Indonesia. Secara ekonomi, film Jumbo mampu membawa 10 juta penonton ke bioskop yang berdampak secara lanskap kultural. “Film kan juga menjadi salah satu kendaraan budaya, dan sosio budaya. Kedua, akan berdampak kepada teknik seni, dan perfilman, juga pada ekonomi. Relasinya GDP terhadap film itu juga sangat tinggi tahun ini, pemasukannya dan efek multiplier-nya juga sangat bergerak,” katanya.

BACA JUGA:   Mengenal Ryokuoushoku Shakai Band Pop Jepang yang akan Konser di Jakarta

Selain itu, FFI mengacu pada Undang-Undang No. 33 tahun 2009, Undang-Undang Perfilman, dan juga Undang-Undang No. 5 tahun 2017, mengenai pemajuan budaya. “Itu juga kami tanamkan ke dalam semangat komite. Ada ruang ide-ide yang akan bergulir ke depannya. Jadi memang mau tidak mau, kami harus berkembang. Kami harus progresif juga mengikuti zaman,” katanya.

Perubahan Sistem Penjurian

Mengenai sistem penjurian, Ario mengatakan ada beberapa perubahan meski empat tahapannya sama, seperti tim seleksi awal yang mengkurasi film-film yang sudah masuk. Kemudian tahap penjurian Akademi Citra dengan teknik voting untuk memilih 10 besar, lalu ke tahap nominasi dengan asosiasi, rekomendasi asosiasi, dan setelah itu ke tahap penjurian. “Jadi sistem hibrida sih, antara voting dan juga penjurian,” katanya.

Mengenai perbedaan, Ario mengatakan tahapan sebelumnya Akademi Citra menjadi tahap ketiga sekarang di tahap kedua. “Kami merasa pembaruan sistem ini harapannya lebih memberikan target lebih akurat dalam proses penjuriannya,” tuturnya.

Source link

BERITA TERKAIT

BERITA POPULER