TEROR terhadap aktivis terjadi di penghujung tahun 2025. Rumah Manajer Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Iqbal Damanik dikirimi bangkai ayam beserta pesan bernada ancaman.
Teror bangkai ayam ini dialami Iqbal Damanik pada Selasa pagi, 30 Desember 2025. Anggota keluarganya melihat seekor bangkai ayam tanpa bungkus apa pun tergeletak di teras rumah.
Di kaki bangkai ayam itu, ditemukan secarik kertas yang berisi pesan ancaman. “Jagalah ucapanmu apabila anda ingin menjaga keluargamu. Mulutmu harimaumu,” demikian pesan yang tertulis di bangkai ayam tersebut.
Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak menduga teror bangkai ayam ini berkaitan dengan kerja-kerja Iqbal Damanik sebagai pengkampanye Greenpeace. Dia menilai kiriman bangka ayam ini upaya membungkam kritik terhadap kinerja pemerintah dalam menangani bencana Sumatera.
”Kritik publik, termasuk pengkampanye kami, terhadap cara pemerintah menangani banjir Sumatera ini sebenarnya lahir dari keprihatinan dan solidaritas terhadap para korban,” kata Leonard dalam keterangan tertulisnya pada Selasa, 30 Desember 2025.
Adapun banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menyebabkan ribuan orang meninggal. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat per 30 Desember 2025, jumlah korban meninggal bencana Sumatera mencapai 1.141 jiwa.
Iqbal Damanik belakangan vokal bersuara tentang bencana Sumatera dan mengkritik respons pemerintah dalam menangani bencana ekologis tersebut di akun media sosialnya. Hal ini juga dilakukan oleh para juru kampanye Greenpeace lainnya. Leonard mengatakan pernyataan tersebut berangkat dari temuan tim yang turun ke lapangan pascabencana serta hasil analisis Greenpeace ihwal bencana Sumatera.
”Apalagi di balik banjir Sumatera ini ada persoalan perusakan lingkungan, yakni deforestasi dan alih fungsi lahan yang terjadi menahun,” ucapnya. Greenpeace juga menyoroti rencana kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang akan membuka jutaan hektare lahan di Papua.
Selain itu, Greenpeace menilai pola pembungkaman dengan menyebarkan teror ini juga dialami oleh masyarakat sipil lainnya. Misalnya kejadian yang dialami pemusik asal Aceh bernama Donny yang mengaku mendapat kiriman bangkai ayam. Ada pula pemengaruh di media sosial asal Aceh bernama Shery Annavita yang dikirimi sekarung telur busuk dan mendapat tindakan vandalisme di mobilnya.
”Ada satu kemiripan pola yang kami amati, sehingga kami menilai ini teror yang terjadi sistematis terhadap orang-orang yang belakangan banyak mengkritik pemerintah ihwal penanganan bencana Sumatera,” kata dia.
Leonard menyatakan Greenpeace Indonesia mengecam tindakan teror terhadap masyarakat sipil. Dia menegaskan kritik publik seharusnya tak diperlakukan sebagai ancaman, melainkan ekspresi demokrasi dan pengingat bagi kekuasaan untuk tetap akuntabel.
Kebebasan berbicara, ujar dia, merupakan hak warga negara yang dijamin dalam konstitusi. “Upaya teror tak akan membuat kami gentar. Greenpeace akan terus bersuara untuk keadilan iklim, HAM, dan demokrasi,” ucapnya.

