Bisnis.com, JAKARTA — Konsensus ekonom memproyeksikan surplus neraca perdagangan Indonesia akan berlanjut pada Agustus 2025 atau 64 bulan secara beruntun. Kendati demikian, surplus pada Agustus 2025 diproyeksikan akan menurun dibandingkan bulan sebelumnya.
Adapun, Badan Pusat Statistik akan mengumumkan kinerja neraca perdagangan Indonesia selama Agustus 2025 pada Rabu (1/10/2025) esok.
Berdasarkan konsensus proyeksi 20 ekonom yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah (median) surplus neraca perdagangan pada Agustus 2025 diproyeksikan sebesar US$4,03 miliar. Proyeksi tersebut lebih rendah dari realisasi neraca dagang bulan sebelumnya atau pada Juli 2025 senilai US$4,17 miliar.
Estimasi tertinggi dikeluarkan oleh Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual dengan nominal US$5,36 miliar. Sebaliknya, estimasi terendah diberikan oleh Cimb Ltd dengan angka US$2,8 miliar.
David Sumual menjelaskan bahwa proyeksi neraca dagang Agustus 2025 itu dipengaruhi oleh ekspor yang naik 7,24% secara tahunan (year on year/YoY) dan 1,57% secara bulanan (month on month/MoM). Sementara itu, impor -4,31% YoY dan -3,89 MoM.
“Surplus neraca dagang kembali meningkat, didorong ekspor yang sangat tinggi—sedangkan impor melemah,” jelas David kepada Bisnis, Selasa (30/9/2025).
Dia merincikan data yang dikeluarkan otoritas China menunjukkan bahwa ekspor Indonesia ke Negeri Panda naik tinggi di Agustus sebesar 20% MoM, terutama untuk produk batu bara, minyak, dan gas bumi.
Menurutnya, kenaikan harga crude palm oil (CPO) alias minyak kelapa sawit mentah Agustus tampaknya juga mendorong ekspor. Sementara itu, sambung David, efek penurunan surplus akibat tarif tampaknya belum terlihat.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Andry Asmoro memproyeksikan neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus US$5,3 miliar pada Agustus 2025 atau naik dari US$4,2 miliar pada Juli 2025.
“Surplus yang lebih lebar ini ditopang oleh percepatan ekspor, sementara impor diperkirakan turun secara bulanan,” ujar Asmo dalam keterangannya, Selasa (30/9/2025).
Dia memperkirakan ekspor tumbuh 7,2% YoY dan 1,6% MoM. Asmo meyakini pertumbuhan ekspor itu didorong oleh pengiriman yang lebih kuat di sektor manufaktur dan pertanian.
Sedangkan harga komoditas menunjukkan pergerakan yang beragam. Asmo merincikan harga CPO naik 5,2% MoM dan 10,6% Yoy pada Agustus 2025, ditopang oleh meningkatnya permintaan dari India (+16% YoY); sementara harga batu bara naik tipis 0,8% MoM namun turun 23% YoY; sedangkan nikel turun 0,6% MoM dan 8,4% YoY.
Untuk impor, Asmo memproyeksikan turun 3,8% MoM dan 4,2% YoY pada Agustus 2025, terutama akibat penurunan impor migas, sejalan dengan penurunan harga minyak mentah Brent sebesar 3,3% MoM dan 14,7% YoY.
Terakhir, dia menjelaskan bahwa data perdagangan dari mitra utama Indonesia menunjukkan bahwa impor dari China, yang didominasi mesin, peralatan listrik, dan kendaraan naik 2,9% MoM dan 12,3% YoY. Sementara impor dari Singapura, sebagian besar berupa produk minyak, meningkat 12% MoM dan 18,7% YoY.

