Thursday, December 25, 2025
Google search engine
HomeHiburan2 Penggugat Ancam Warisan Michael Jackson Rp 6,68 Triliun

2 Penggugat Ancam Warisan Michael Jackson Rp 6,68 Triliun

DUA pria yang menuduh Michael Jackson melakukan pelecehan seksual saat mereka masih kecil kini melayangkan gugatan senilai USD 400 juta atau sekitar Rp 6,68 triliun terhadap warisan sang bintang pop. Dokumen pengadilan terbaru mengungkap gugatan ini berpotensi mengguncang stabilitas keuangan perusahaan aset-aset Michael Jackson (estate) terutama jika biaya hukum tak lagi dibayar.

Pilihan Editor: Lelang 78 Lukisan Michael Jackson akan Diadakan di Los Angeles

Robson dan Safechuck Ajukan Tuntutan atas Warisan Michael Jackson

Gugatan datang dari Wade Robson dan James Safechuck, sosok yang kisahnya diangkat dalam dokumenter Leaving Neverland. Mereka menuntut ganti rugi terhadap properti dan perusahaan milik Michael Jackson, dengan nilai mencapai Rp 6,68 triliun.

Menurut laporan People, para eksekutor estate memperingatkan dalam dokumen resmi. “Jika biaya hukum properti tidak dibayar, hal itu akan menimbulkan konsekuensi yang melemahkan, termasuk ketidakmampuan untuk membela kasus ini.” Dokumen tersebut diajukan pada Senin, 15 September 2025 di Pengadilan Tinggi Los Angeles.

BACA JUGA:   NCT Dream Hidupkan Perjalanan Lintas Ruang dan Waktu di Jakarta

Tuduhan Pelecehan Seksual

Robson dan Safechuck menegaskan bahwa mereka mengalami pelecehan seksual saat masih anak-anak oleh Michael Jackson, yang meninggal pada 2009. Tuduhan ini pertama kali terekspos luas melalui dokumenter dua bagian Leaving Neverland pada 2019, yang kemudian memicu kontroversi.

Robson mulai bicara ke publik pada 2013. Ia mengklaim Michael mulai melecehkannya pada 1990 ketika dirinya berusia 7 tahun, dan peristiwa itu berlangsung hingga tujuh tahun kemudian.

Adapun Safechuck menyatakan dirinya mulai dilecehkan sejak 1988 saat berusia 10 tahun, dan berlanjut sampai 1992. Ia bahkan bersaksi dalam persidangan pelecehan Michael pada 1993. Keduanya menuding sang bintang pop menggunakan strategi “grooming” agar mereka tetap diam mengenai dugaan pelecehan tersebut. Pihak Michael Jackson sebelumnya dengan tegas membantah semua tuduhan ini.

Risiko Default Jika Biaya Hukum Dihentikan

Eksekutor estate, John Branca dan John McClain, menegaskan bahwa penghentian biaya hukum dapat membuat mereka kalah otomatis. “Jika estate (Michael Jackson) tidak mampu membayar pengacaranya, mereka akan gagal dalam membela diri terhadap gugatan ini,” tulis mereka. Artinya, klaim senilai triliunan rupiah bisa langsung dikabulkan pengadilan tanpa perlawanan.

BACA JUGA:   FOTO: Haaland Hattrick, Man City Menggila

Sementara itu, putri Michael Jackson, Paris Jackson, dikabarkan menolak agar estate menggunakan seluruh sumber daya untuk membayar biaya pembelaan. Eksekutor berargumen bahwa keberatan Paris tidak bisa menghentikan semua pembayaran kepada firma hukum yang menangani aktivitas estate. 

Pengadilan Los Angeles Jadi Panggung Utama

Gugatan dan dokumen terkait diajukan pada Senin, 15 September 2025 di Pengadilan Tinggi California, Los Angeles. Sidang pokok dijadwalkan berlangsung pada November 2026. Bagi publik, jadwal ini akan menjadi momen krusial, apakah perusahaan keuangan raja pop itu mampu bertahan atau harus menanggung kerugian besar yang bisa menggerus warisan Michael Jackson.

Ancaman Serius bagi Keuangan dan Reputasi

Perusahaan aset Michael Jackson (disebut Estate) menilai klaim USD 400 juta itu “tak berdasar” dan merugikan. Namun di sisi lain, mereka juga menegaskan bahwa tanpa firma hukum aktif, bukan hanya gugatan yang terancam, tapi juga bisnis global warisan Jackson, mulai dari hak cipta musik, lisensi, hingga kontrak yang bernilai miliaran dolar. Kondisi ini membuat gugatan Robson dan Safechuck berpotensi menjadi pukulan finansial sekaligus reputasional terbesar sejak kematian Jackson pada 2009.

BACA JUGA:   Alasan Gubernur Lemhannas Bilang Pendidikan Militer Bukan untuk Anak Nakal

Konteks Sejarah & Signifikansi Kasus Ini

Sejak kematiannya pada 2009, warisan Michael Jackson terus diliputi kontroversi. Tuduhan terhadap Robson dan Safechuck memicu gelombang perdebatan di dunia musik.

Pada 2025, Paris Jackson juga memprotes pembayaran “premium payments” dari estate kepada firma hukum, menuding ada pembayaran tidak biasa tanpa transparansi. Kasus ini juga dapat menjadi preseden besar, bila perusahaan keuangan gagal membayar biaya hukum dan default, maka hak melindungi warisan dan bisnis Michael Jackson dapat terguncang. Banyak aset, lisensi, dan kontrak yang sangat bernilai tergantung pada stabilitas estate.

Source link

BERITA TERKAIT

BERITA POPULER