FILM Tukar Takdir karya sutradara Mouly Surya dan diproduksi oleh Cinesurya dan Starvision mengangkat kisah orang-orang berhadapan dengan pesawat low-cost carrier (LCC). Film yang tayang di bioskop pada 2 Oktober mendatang ini memberikan refleksi tentang apa yang terjadi di kehidupan sosial secara spesifik lewat dunia penerbangan.
Pesawat memang menjadi salah satu transportasi yang aman, namun perlu diingat bahwa musibah bisa menimpa siapa saja. “Film Tukar Takdir akan menghadirkan kisah yang penuh luka, menegangkan, namun juga menyegarkan untuk perfilman Indonesia. Menghadirkan drama petaka pesawat yang masih jarang dieksplorasi oleh sineas kita,” kata produser Tukar Takdir Chand Parwez Servia.
Dalam film ini, Mouly Surya menampilkan spektrum drama dalam sebuah insiden yang akan mengguncang batin penonton lewat karakternya, dan tentang bagaimana menyembuhkan trauma. Setiap karakter di film Tukar Takdir membawa luka dan penyesalan yang berbeda. Namun, mereka merasa bisa mencegah tragedi, atau menanggung “takdir” orang yang seharusnya pergi. “Kami ingin menghadirkan sebuah potret emosional tentang beban yang tak terlihat. Namun, di sisi lain juga ingin menghadirkan sebuah harapan di balik setiap duka kehilangan dan bagaimana sebagai manusia kita bisa saling bertahan bersama-sama,” kata Mouly.
Film Tukar Takdir sekaligus menjadi kolaborasi terbaru Mouly bersama Marsha Timothy setelah Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017). Film ini juga menjadi kolaborasi kedua Mouly dengan Nicholas setelah Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta (2013). Dengan produser, film ini menandai kerja sama kedua Mouly Surya dan Chand Parwez Servia pada tahun ini setelah Perang Kota.
(kiri ke kanan) Sutradara Mouly Surya, Marsha Timothy, Nicholas Saputra, dan Adhisty Zara menghadiri konferensi pers pengumuman para pemain film Tukar Takdir. Dok. Starvision
Proses Syuting dan Pendalaman Karakter Tukar Takdir
Nicholas Saputra memerankan karakter Rawa, menjadi satu-satunya penumpang yang selamat membawa pulang luka-luka dan trauma. Nicholas dan Mouly telah membincangkan proyek film ini namun baru bisa melakukan syuting pada tahun lalu. “Ini menjadi sangat menarik karena Mouly dan saya suka nonton kisah tentang peristiwa kecelakaan pesawat jadi sering ngobrol. Saya tahu di tangan dia film ini bakal spesial,” katanya dalam sesi content day di Studio Jakarta, Jakarta Selatan pada Rabu, 24 September 2025.
Menurut dia, jarang sekali film Indonesia mengangkat cerita perihal kecelakaan pesawat. Sebab itu, ia merasa tertarik dengan film yang sebagian ceritanya diadaptasi dari buku berjudul sama karya Valiant Budi Yoga. “Menariknya, cara Mouly menyimbolkan sebuah elemen ke dalam cerita pendek itu menjadi sesuatu yang lain, tapi secara esensi sama. Akan beda sekali karena pengalaman sinematiknya pasti sangat luas,” katanya.
Adapun Marsha Timothy yang memerankan Dita mengatakan dalam film ini dirinya memerankan karakter baru dari film-film sebelumnya. Namun di awal proses, Marsha enggan membayangkan filmnya bakal jadi seperti apa, melainkan fokus membaca naskah yang diberikan sutradara. Ia mengaku pernah mengalami turbulensi, tapi tak pernah mengalami yang besar hingga membuat trauma. Apalagi, dia memang bukan tipe orang yang bisa santai selama perjalanan di pesawat. “Karakter Dita juga tak ada dalam buku, cuma dibuat oleh Mouly,” tuturnya.
Sementara Adhisty Zara memerankan Zahra, putri tunggal pilot. Awalnya ia sempat tak bisa memenuhi panggilan casting , namun Zara pun menelepon Mouly untuk menanyakan kesempatan itu dan mulai bekerja sama. “Saya tahu Mbak Mouly juga dari film Marlina dan itu sesuatu yang baru juga buat aku untuk belajar,” katanya. Ia berharap peran ini menjadi langkah besar di perfilman baginya karena ada adegan Zahra yang tak biasa. “Dan ini akan jadi sesuatu yang baru di perfilman Indonesia.”
Pengalaman Pertama bagi Adhisty Zara
Pemain film Tukar Takdir, Adhisty Zara (kiri), Nicholas Saputra, dan Marsha Timothy dalam acara content day menuju penayangan film pada 2 Oktober mendatang, di Studio Jakarta, Fatmawati, Jakarta, 24 September 2025. Tempo/Bagus Pribadi
Proyek film ini membuka pengalaman baru bagi Zara untuk bekerja sama dengan Mouly, Nicholas, dan Marsha. “Aku pikir Mbak Mouly galak tapi ternyata malah sering ketawa dan itu yang buat aku tenang di lokasi,” ucapnya. Ia mencontohkan, setiap reading ia tak takut untuk bertanya apakah masih keliru. Biasanya, Zara bertanya ke diri sendiri. Namun bersama Mouly, ia merasa bisa berdiskusi dengan nyaman.
Zara juga sempat bingung bagaimana beradu peran dengan Marsha lantaran ia sangat mengagumi aktingnya. “Ternyata Kak Caca santai banget tak seperti yang aku pikirkan, judes begitu,” kata Zara.
Sedangkan bersama Nicholas, Zara sebelumnya bertanya ke Nirina Zubir bagaimana karakternya. Nirina menenangkan Zara serta menjelaskan kebaikan dan kelebihan bekerja sama dengan Nicholas. “Awal-awal itu segan, tapi setelah bekerja sama bareng banyak cara Kak Nicho mempelajari skrip yang kemudian saya pelajari,” ujarnya.
Angkat Isu Kesehatan Mental
Masing- masing karakter dalam Tukar Takdir memikul trauma pascakecelakaan penerbangan Jakarta Airways 79. Selain menjadi saksi dalam investigasi jatuhnya pesawat, Rawa juga menjadi penyambung duka maupun amarah Zahra dan istri penumpang yang bertukar tempat duduk dengannya, Dita.
Nicholas mengatakan film ini menampilkan perasaan duka dan trauma seseorang, serta mengelola emosi. Menurut dia, setiap tokoh di film ini menjadi cara manusia berperilaku ketika mengalami duka. “Jadi mungkin pesannya tak apa mengalami hal yang negatif dan setiap orang memiliki caranya masing-masing dan hanya waktu yang bisa menyembuhkan. Dan tak ada yang bisa menilai cara dan berapa lama orang berduka,” katanya.
Zara menuturkan, ketika orang berduka itu pasti menyimpan luka sehingga film ini mendorong untuk berdamai dengan duka. Perasaan duka ini harus dikelola dan dituntaskan sampai menemukan titik ikhlas. “Aku merasakan juga sebelumnya tak pernah kehilangan orang yang aku cintai tapi baru-baru ini mengalami itu jadi aku paham kenapa karakter Zahra begitu,” tuturnya.

