Wednesday, November 5, 2025
Google search engine
HomeHiburanPerjuangan Palestina dalam Layar Sinema

Perjuangan Palestina dalam Layar Sinema

FILM-film bertemakan Palestina gencar ditayangkan di berbagai negara mengikuti maraknya sorotan terhadap perjuangan Palestina menghadapi genosida yang dilakukan Israel. Film seperti No Other Land (2024) garapan Yuval Abraham, Basel Adra, Rachel Szor, dan Hamdan Ballal memenangkan piala Oscar 2025 untuk kategori film dokumenter terbaik pada Maret lalu.

Maraknya sorotan terhadap film-film Palestina pun mengikuti keputusan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB mengadopsi Deklarasi New York yang mendukung perwujudan Negara Palestina yang merdeka pada Jumat, 12 September lalu. Sebanyak 142 negara menyetujui, 10 negara menolak, dan 12 abstain.

Di Indonesia, film No Other Land tayang terlebih dulu di bioskop pada 7 Maret 2025, kemudian layanan streaming Klik Film sepanjang April 2025. Film ini berkisah tentang penderitaan rakyat Palestina melalui lensa yang humanis, memberikan wawasan mendalam tentang perjuangan dan harapan mereka di tengah konflik yang berkepanjangan.

Film dokumenter ini dibuat selama empat tahun antara 2019-2023. Mereka mengakhiri produksi beberapa hari sebelum Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel. Serangan ini memicu tindakan kejahatan perang genosida Israel di Gaza.

Bersamaan dengan itu, pada Madani Film Festival 2023, festival film tahunan itu mengangkat salah satu programnya bertajuk Fokus: Palestina yang menampilkan film Mohanad Yaqubi dan satu film Ameen Nayfeh, keduanya sutradara dari Palestina. Film-film itu di antaranya RK21 AKA Restoring Solidarity (2021) yang berbasis 20 arsip film tentang Palestina dan perlawanan mereka yang dijaga oleh kelompok aktivis pro-Palestina di Jepang.

BACA JUGA:   KPU: Pilkada Jawa Timur Dipantau 36 Peneliti Negara Asing

Madani Film Festival juga menayangkan Off Frame AKA Revolution Until Victory, yang menjadi musabab perjumpaannya dengan arsip film tentang Palestina di Jepang, dan film pendek No Exit (2014). Kemudian film 200 Meters juga diputar, sebuah film fiksi drama keluarga Palestina akan lebih mendalamkan fokus Palestina. “Sajian ringan drama ini akan menyajikan persoalan konkret warga Palestina yang rentan di hadapan negara yang menduduki mereka,” tulis Hikmat Darmawan dalam situs Madani Film Festival.

Pada 2024, Madani Film Festival menjadikan Fokus: Palestina sebagai penutup gelaran itu dengan menampilkan dua film yang berasal dari Palestina yakni The Teacher (2023) karya Farah Nabulsi dan Walled Off (2024) karya Vin Arfuso. 

The Teacher berkisah tentang tanah yang dilanda konflik, guru Palestina Basem berjuang menghadapi kematian putranya serta melakukan perlawanan politik. Hidupnya berubah drastis saat ia terhubung dengan muridnya, namun penculikan seorang tentara Israel oleh kelompok perlawanan Palestina meningkatkan ketegangan menjadi kekacauan.

“Saya perlu membuat film ini untuk mengatasi ketidakadilan yang saya saksikan. Seni memainkan peran penting dalam mengubah dunia; saya percaya film adalah yang terpenting. Ini memberi suara kepada yang terdiam, sehingga membantu membangun empati dan pemahaman yang diperlukan untuk menciptakan perubahan,” kata Nabulsi dikutip dari situs Madani Film Festival.

BACA JUGA:   Hasil Jerman vs Skotlandia, 15 Juni: Jerman Pesta Gol di Pertandingan Pembuka

Sementara Walled Off mencatat kehidupan masyarakat Palestina di bawah pendudukan Israel melalui sebuah museum rahasia di hotel seni yang diciptakan seniman kontroversial Banksy. Film ini memanfaatkan kekuatan seni provokatif, mulai dari satir tajam Banksy hingga kritik tanpa filter terhadap isu-isu sosio-politik, serta tindakan perlawanan oleh rakyat dan pemerintah Palestina. 

Tak berhenti di situ, geliat menayangkan film-film Palestina pun muncul dari Filmlab Palestine. Melalui akun Instagram, mereka mengajak pecinta film dari seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Palestine Cinema Days 2025. Filmlab Palestine akan menyediakan salinan dari film-film Palestina juga materi promosi untuk bioskop hingga komunitas yang bersedia terlibat. 

Bagi yang ingin berpartisipasi melakukan pemutaran dari Palestine Cinema Days bisa melakukan tiga tahap yang dimulai dari memilih tempat untuk menonton, mengunjungi website Filmlab Palestine untuk memilih film-film yang ingin ditayangkan, dan mengisi form yang disediakan untuk mendapatkan salinan filmnya. “Mari bawa Palestine Cinema Days ke penjuru dunia,” tulis mereka. 

Sementara untuk film-film yang tersedia yakni When I Saw You (2012) karya Annemarie Jacir, Upshot (2024) karya Maha Haj, A State Of Passion (2024) karya Carol Mansour dan Muna Khalidi, The Dupes (1972) karya Tewfik Saleh, Divine Intervention (2002) karya Elia Suleiman, Jenin, Jenin (2003) karya Mohammad Bakri, dan Bye Bye Tiberias (2023) karya Lina Soualem. Palestine Cinema Days Around the World akan diadakan serentak di seluruh dunia pada 2 November 2025 mendatang.

BACA JUGA:   Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Sementara melalui situs Solidarity Cinema, lebih dari 9 ribu film disajikan kepada khalayak dengan tema-tema Palestina. “Kami percaya media yang membebaskan harus sebebas masa depan yang kita perjuangkan. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbarui dan memelihara perpustakaan dan katalog ini secara kolektif. Untuk saat ini, katalog diperbarui secara berkala, tetapi film-film akan ditambahkan secara berkala,” tulisnya.

Film bertemakan Palestina produksi dari Indonesia yang tayang tahun ini ada Hayya 3: Gaza karya sutradara Jastis Arimba yang tayang di bioskop sejak 1 Juni hingga 20 Juli 2025. Film ini diproduseri oleh Helvy Tiana Rosa dan Oki Setiana Dewi lewat Warna Pictures. 

Hayya 3: Gaza berkisah tentang Abdullah Gaza (Azamy Syauqi) atau biasa dipanggil Gaza adalah bocah yatim piatu. Ayahnya seorang relawan kemanusiaan meninggal dunia sekembalinya dari Palestina. Sejak kematian Ayahnya, Gaza dititipkan dirumah panti yang dikelola Ustadzah Dewi (Oki Setiana Dewi) dan adiknya Rafah Shafira (Cut Syifa). Di sana Gaza bertemu dengan Hayya (Amna Shahab) gadis kecil asal Palestina yang telah empat tahun tinggal dan berusaha mencari kedamaian di negeri ini. 

Selama penayangan di bioskop film ini ditonton sekitar 150 ribu penonton. Sementara sekitar 40 persen dari hasil penjualan tiket disumbangkan untuk rakyat Palestina melalui lembaga kemanusiaan.

Source link

BERITA TERKAIT

BERITA POPULER