FILM horor, Rest Area siap menghantui para penonton bioksop mulai 2 Oktober 2025. Film besutan sutradara Aditya Testarossa ini diklain bukan sekadar film horor biasa. Film produksi Mahakarya Pictures ini mengisahkan tentang balas dendam yang lahir dari dosa pembangunan.
“Bukan sekadar horor penuh jumpscare, film ini membangun atmosfer mencekam dengan simbol tentang kerakusan, ketidakadilan, dan dosa yang tak pernah benar-benar hilang,” kata sutradara Aditya Testarossa dalam siaran pers yang diterima Tempo, Jumat, 22 Agustus 2025.
Rest Area Bukan Sekadar Film Horor tentang Hantu
Menurut Aditya, Rest Area bukan sekadar horor tentang hantu, tapi juga horor tentang manusia. “Tentang apa yang mereka sembunyikan dan bagaimana dosa itu selalu menagih balas. Saya ingin penonton merasakan ketakutan yang datang bukan hanya dari luar, tapi juga dari dalam diri mereka sendiri,” kata dia.
Sinopsis Film Rest Area
Film horor ini menghadirkan sosok hantu yang kepalanya terbungkus kantong plastik kresek dan dilakban. Hantu Kresek ini muncul dan menuntut balas atas dosa di masa lalu. Rest Area menceritakan tentang lima orang crazy rich terjebak di sebuah rest area yang terpencil dalam perjalanan malam mereka.
Tempat yang seharusnya jadi singgahan, berubah jadi mimpi buruk ketika soso Hantu Kresek itu menuntut balas. Dalam trailer film yang ditayangkan di Youtube, adegan memperlihatkan pertanyaan yang muncul dari Zizi, salah satu crazy rich itu (diperankan oleh Lutesha) bertanya kepada empat kawannya. “Lo percaya karma, enggak sih?”
Pertanyaan ini yang mengikat cerita balas dendam sang hantu kresek dimulai. Lalu muncul adegan kaki penuh darah diseret membawa kapak siap menebar teror dan kengerian. Satu per satu mulai kehilangan kendali, diteror tanpa henti di setiap sudut gelap. Rahasia kelam yang mereka sembunyikan perlahan terungkap. Apa kesalahan fatal yang pernah mereka lakukan? Mampukah mereka selamat dari dendam yang datang dari dalam tanah?
Hantu Kresek hadir sebagai ikon baru horor Indonesia. Wajahnya yang terbungkus plastik hitam menjadi simbol kematian yang dipaksa dilupakan, tapi tak pernah bisa benar-benar terkubur. Ia adalah perwujudan dendam—bukan hanya pada para karakter, tapi juga pada manusia yang mencoba menghapus kesalahan dengan kekuasaan dan harta.
Lutesha yang mengaku senang bisa bergabung di proyek film Rest Area, karena genre film ini belum pernah ia dapatkan sebelumnya. “Karakter saya bisa dibilang yang punya moral sedikit lebih baik dibandingkan teman-temannya,” katanya.
Subgenre Teen-Slasher
Lutesha mengaku tertarik bergabung dalam film ini lantaran ia belum pernah mencoba genre horor yang disebut teen-slasher. Ini adalah subgenre horor yang menampilkan pembunuh bertopeng, anonim, psikopat dan memburu sekelompok remaja dengan alat tajam, yakni kapak tadi. “Lima pemeran utama yang kebetulan berperilaku tidak baik, memang membuat orang ingin melihat mereka tersiksa,” kata Lutesha.
Film Rest Area juga mempertemukan kembali Lutesha dengan Chicco Kurniawan, yang sebelumnya pernah bermain di Penyalin Cahaya. Bermain dalam satu frame, kata Lutesha, membuatnya bersemangat.
“Dia pernah bilang kesusahan berakting sama aku. Soalnya ada satu adegan yang mengharuskan dia itu marahin aku. Sedangkan ya kami di real life sahabatan. Jadi ada kesusahan untuk membedakan antara real life sama karakter,” kata Lutesha. Selain Lutesha, film ini juga diperankan oleh Chicco Kurniawan, Ajil Ditto, Julian Jacob, Lania Fira, Haydar Salizh, dan Alfrian Arisandy.

