SEBUAH karya emosional dari Lebanon bisa disaksikan di Indonesia, menyempil di tengah gempuran film-film lokal dan blockbuster Hollywood. Arze, besutan sutradara Mira Shaib ini dapat dinikmati pencinta film secara streaming di Klik Film mulai hari ini, Ahad, 3 Agustus 2025. Arze, menyuarakan kesederhanaan yang berarti, tentang perjuangan seorang ibu tunggal di tengah Kota Beirut, Lebanon yang bergolak.
Film berdurasi 93 menit ini mengajak penonton mengikuti perjalanan seorang Ibu tunggal bernama Arze, diperankan dengan sangat cemerlang oleh Diamant Bou Abboud, bersama putranya Kinan (Bilal Al Hamwi). Ibu-anak itu tinggal bersama saudara perempuan Arze bernama Layla (Betty Taoutel).
Review Film Arze: Cinta Tanpa Syarat Ibu Tunggal
Untuk menyambung hidup, Arze menjual pai isi sayuran, yang dimasaknya sendiri di dapur sempit dan penuh keterbatasan. Namun keterbatasan itu bukan cuma dari dapur, tapi juga hidupnya: Anak kurang bertanggung jawab, saudara tenggelam dalam trauma, dan kondisi negara yang terus bergolak.
Arze terjebak dalam nostalgia, hidupnya menunggu suami yang telah lama menghilang dan tidak akan datang lagi. Kinan, yang seharusnya memasuki masa kuliah seperti teman-teman seusianya, justru diandalkan ibunya untuk menjadi kurir pengantar pai. Demi meningkatkan usaha kecil mereka, Arzé nekat menggadaikan perhiasan Layla agar bisa membeli skuter untuk Kinan. Sayangnya, skuter yang baru beberapa hari dipakai itu dicuri. Dari sinilah kisah perjalanan pencarian skuter dimulai.Â
Ketika sepeda motor hasil gadai gelang saudara kandungnya dicuri, Arze tidak menyerah pada nasib. Ia memilih melacaknya sendiri, tanpa bantuan polisi. Di sinilah Arze berubah menjadi perjalanan spiritual dan emosional tentang kehilangan, harapan, dan cinta yang tak pernah pamrih.
Singgungan Isu Misogini dalam Film Arze
Film Arze tidak hanya memperlihatkan kisah perjuangan seorang ibu tunggal, tetapi juga menyinggung realita misogini yang dihadapi perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Sosok Arze digambarkan tangguh dan inisiatif, namun sepanjang perjalanannya ia terus-menerus dihadapkan dengan perlakuan tidak adil dari laki-laki di sekitarnya.
Sejak awal film, ditunjukkan bagaimana aparat kepolisian bersikap pasif dan enggan membantu Arze saat ia melaporkan kehilangan skuternya. Tidak hanya itu, bagaimana para pria memperlakukan Arze dengan sikap merendahkan. Ia dicopet, dimanipulasi, bahkan diperlakukan dengan kasar, mencerminkan sistem sosial yang tidak berpihak pada perempuan.
Ketimpangan gender juga tercermin dalam pembangunan karakter putranya, Kinan. Dalam satu adegan, Kinan menunjukkan perilaku misoginis saat ia ditolak oleh kekasihnya. Ia pun melampiaskan emosi kepada ibunya dan menyatakan keinginannya untuk pergi ke Eropa demi menetap bersama ayahnya, seseorang yang telah lama meninggalkan mereka. Ini menggambarkan bagaimana nilai-nilai patriarki masih tertanam.
Namun, film ini tetap menampilkan semangat feminisme melalui salah satu karakter dalam film ini. Perempuan penjual aksesoris yang membantu Arze mengenakan identitas palsu untuk mencapai tujuannya. Meskipun pada awalnya perempuan ini menolak tawaran Arze, namun lambat laun ia membiarkannya mengambil apa yang ia butuhkan di tokonya. Karakter ini menjadi simbol persatuan perempuan.

