TEMPO.CO, Bandung– Sebanyak 1.025 orang peserta dari dalam dan luar negeri meramaikan pertunjukan Bandung Arts Festival ke-11. Gelaran tahunan yang terbuka untuk publik secara gratis itu berlangsung di Taman Budaya Jawa Barat, Kota Bandung, pada 25-27 Juli 2025 malam.
Pilihan Editor: Cara Seniman Yogya Mengenang 100 Hari Raminten Meninggal
Partisipasi Peserta Bandung Arts Festival Meningkat
Direktur sekaligus pengagas Bandung Arts Festival, Deden Tresnawan mengatakan, peserta dari dalam negeri sebanyak seribu orang. Mereka berasal dari sanggar, kelompok seni, atau seniman berbagai daerah seperti Aceh, Lampung, Bengkulu, Lampung, Jakarta, Bekasi, Karawang, Indramayu, Majalengka, Tuban, serta paling banyak dari Bandung dan sekitarnya.
Sedangkan 25 orang seniman berasal dari mancanegara, seperti Kathleen Gonzalez dari Colombia, Taichi Ishii dan Kiki Anda (Jepang), Tony Yap dan Adam Forbes(Australia), Vinci Mok (Hongkong), dan sejumlah seniman asal Malaysia serta India. Panitia mengajak partisipasi peserta sejak Desember 2024 hingga Januari 2025. “Kami sudah punya jaringan seniman luar dan dalam negeri sejak Bandung Arts Festival 2009 yang pertama,” kata Deden kepada Tempo, Sabtu 26 Juli 2025.
Para peserta menampilkan beragam kesenian seperti tari, musik, teater, dan instalasi. Sekitar 90 persen merupakan karya pertunjukan dengan tema festival yang dikemas dengan isu lingkungan dan alam. Penataan panggung pertunjukan dan karya seni instalasinya menurut Deden, menggunakan barang bekas pakai atau limbah. Ada juga workshop pembuatan alat musik yang menggunakan sampah daur ulang.
Tren animo peserta cenderung meningkat setiap tahun sehingga panitia terpaksa membatasi jumlah pendaftar. Sementara dukungan pendanaan dari pihak swasta maupun pemerintah menurut Deden, masih minim seperti penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya. Akibatnya panitia hanya bisa menggelar festival namun tidak dapat menanggung biaya transportasi dan akomodasi peserta. “Mereka (peserta) sudah paham kondisinya jadi pada patungan, dibantu pemerintah daerah masing-masing, dan juga biaya sendiri,” katanya.
Bayar Sendiri Tapi Peserta Membeludak
Sejumlah peserta dari kalangan sanggar dan seniman dari Bandung juga Indramayu mengakui, mereka tidak mendapat fasilitas penginapan. Transportasi dari daerah berasal dari kantong sendiri, serta ada yang pergi pulang langsung dalam sehari.
Menurut Deden ada beberapa faktor yang membuat para peserta tetap ingin datang ke Bandung. Selain untuk menampilkan karya, mereka ingin saling belajar sekaligus menjalin ikatan lebih erat di kalangan seniman khususnya di dunia seni pertunjukan. Keguyuban itu misalnya diwujudkan lewat jamuan makan bersama yang berasal dari oleh-oleh bawaan peserta dari tempat tinggalnya masing-masing. Kebiasaan itu dimulai sejak Bandung Arts Festival ke-4 pada 2012 dan sempat vakum saat pandemi Covid-19.
Dari hasil diskusi dengan peserta, rencananya bakal ada penyegaran konsep acara pada tahun depan. Beberapa usulan yang masuk menurut Deden, seperti membuat festival karnaval dan mengundang lebih banyak seniman luar negeri yang animonya tinggi. Usulan yang masuk selanjutnya akan dibahas bersama tiga orang kurator festival.

