Jakarta, CNN Indonesia —
Pemerintah Amerika Serikat telah memberikan peringatan pada Rusia terkait serangan teroris ISIS-K yang menewaskan 137 orang, Jumat (22/3).
Mereka merilis sebuah peringatan keamanan melalui Kedutaan Besar AS di Rusia bagi warga negaranya untuk menghindari berkumpul dalam 48 jam ke depan, pada Kamis (7/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedubes AS memprediksi hal tersebut usai melihat ada indikasi kelompok ekstrem yang berencana melakukan hal di luar dugaan.
Juru Bicara Keamanan Nasional AS Adrienne Watson, mengatakan bahwa pihaknya telah memberikan informasi tersebut kepada pihak berwenang Rusia. Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin disebut-sebut tidak menggubris peringatan dari AS tersebut. Ia menilai hal itu sebagai ulah “provokatif” negara barat.
“Tindakan ini menyerupai pemerasan dan niat untuk mengintimidasi serta mengacaukan masyarakat kita,” ujar Putin dalam sebuah pidato pada Selasa (19/3), seperti dikutip oleh CNN.
Pasalnya, menurut para ahli ISIS-K menentang keras kebijakan Putin pada beberapa tahun terakhir.
“ISIS-K fokus pada Rusia selama dua tahun terakhir, dan sering mengkritik Putin dalam propagandanya,” kata Colin Clarke dari Soufan Center, sebuah kelompok riset yang berbasis di New York, seperti dikutip Reuters.
Otoritas Rusia juga sempat mengindikasi berbagai insiden serupa dalam bulan ini.
Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) menyatakan bahwa anggota organisasi tersebut telah merencanakan “melakukan aksi teroris terhadap sinagoga atau salah satu lembaga keagamaan Yahudi di Moskow” seperti dikutip dari Reuters, Kamis (7/3). Namun, upaya mereka berhasil dilumpuhkan dan dinetralkan FSB.
Sebelumnya, media lokal RIA Novosti juga melaporkan terdapat enam anggota terduga ISIS tewas dalam operasi kontra-teroris di Ingush Karabulak, Rusia, pada Minggu (3/3). Itu terjadi beberapa hari sebelum upaya teror terhadap sinagoga di Moskow.
Hal tersebut seraya memperkuat sinyal AS yang mendapatkan informasi intelijen pada November lalu bahwa ISIS-K bertekad untuk menyerang Rusia.
Serangan itu kemudian diklaim oleh Islamic State Khorasan Province alias ISIS-K, sebuah cabang ISIS di Afghanistan.
Otoritas Rusia juga telah menangkap dan mendakwa empat tersangka pelaku penembakan massal ini. Mereka didakwa atas serangan terorisme dalam persidangan Minggu (24/3).
Hingga kini, korban tewas penembakan massal yang terjadi di dekat Moskow mencapai 137. Dari jumlah korban tersebut, beberapa di antaranya merupakan anak-anak.
(val/bac)