Sejumlah negara Barat ‘mengecam’ kemenangan telak Presiden Vladimir Putin dalam pemilihan presiden (pilpres) Rusia 2024.
Berdasarkan keterangan ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Rusia, Ella Pamfilova, Putin meraih 87,32 persen dari 99,75 persen suara yang telah masuk ke KPU.
Kemenangan Putin ini akan memperpanjang masa jabatannya selama enam tahun ke depan hingga 2030, yang membuat dia menjadi pemimpin terlama di Rusia setelah diktator Soviet Joseph Stalin, dikutip dari Anadolu Agency.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa negara, pengamat, hingga analis politik internasional menilai pemilu Rusia 2024 ini sebagai pemilu semu.
Sebab, Putin hanya dihadapkan dengan tiga pesaing dan semuanya sangat pro-Kremlin.
1. Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam keras kemenangan Putin. Zelensky bahkan menganggap hasil pilpres Rusia tidak sah.
“Semua orang di dunia mengerti bahwa orang ini, seperti banyak orang lain sepanjang sejarah, telah dimabuk kekuasaan dan tak akan berhenti untuk memerintah selamanya,” kata Zelensky.
Zelensky kemudian melanjutkan, “Tidak ada kejahatan yang tidak akan dia lakukan demi mempertahankan kekuatannya.”
2. Uni Eropa
Uni Eropa sementara itu menyebut rakyat Rusia tidak diberi “pilihan nyata” setelah semua kandidat yang menentang invasi di Ukraina tak diikutsertakan dalam pilpres.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan pemungutan suara di Kremlin “didasarkan pada penindasan dan intimidasi.”
Blok yang terdiri dari 27 negara Eropa itu juga bersumpah “tak akan pernah mengakui” hasil pemilihan presiden yang dilakukan di wilayah Ukraina yang diduduki Moskow.
3. Jerman
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, mengatakan pemungutan suara yang tak memberikan banyak pilihan menunjukkan “perilaku keji Putin terhadap rakyatnya sendiri.”
4. Prancis
Kementerian Luar Negeri Prancis menyatakan Rusia gagal melaksanakan pemilu yang “bebas, pluralis, dan demokratis.”
Kemlu Prancis menyebut pilpres Rusia diselenggarakan di tengah “meningkatnya penindasan terhadap masyarakat sipil dan segala bentuk oposisi terhadap rezim.”
Kendati begitu, Kemlu Prancis menyanjung warga Rusia yang berani menunjukkan penolakan terhadap serangan hak-hak politik yang dilakukan pemerintah Kremlin.
Bersambung ke halaman berikutnya…