Thursday, December 25, 2025
Google search engine
HomeEkonomi Bisnis3,6 Juta Anak Indonesia Alami Mata Rabun, Skrining Awal Penting Dilakukan

3,6 Juta Anak Indonesia Alami Mata Rabun, Skrining Awal Penting Dilakukan



Bisnis.com, JAKARTA – Indera penglihatan adalah salah satu yang paling penting dari lima indera yang dimiliki manusia. Oleh karena itu, kejernihan dan kesehatannya perlu dijaga. 

Sayangnya, di Indonesia banyak anak-anak yang tidak menyadari bahwa mata mereka rabun, baik rabun jauh maupun rabun dekat alias kelainan refraksi. 

Saat ini, Health Collaborative Center (HCC) memperkirakan ada 3,6 juta anak Indonesia mengalami kelainan refraksi, dengan 3 dari 4 anak tidak mendapatkan koreksi kacamata yang diperlukan. 

Belum lagi studi ini juga mendapatkan hasil bahwa mereka yang mengalami gangguan penglihatan juga mengalami risiko gangguan kecemasan karena mendapat stigma ketika menggunakan kaca mata. 

Project Leader dan Peneliti Utama Cermata, Kianti Raisa Darusman mengungkapkan kesehatan penglihatan dan kesehatan jiwa banyak dirasakan dan kerap diabaikan, padahal penting untuk membentuk kualitas sumberdaya manusia Indonesia. 

BACA JUGA:   Thomas Djiwandono Singgung Kerusakan Lingkungan di Perayaan Natal 2024

Dia menegaskan para penderita gangguan mata kerap mengalami indikasi gangguan mental, seperti gangguan emosi, masalah perilaku, dan hiperaktivitas.

“Ini timbal balik, jadi biasanya anak yang mengalami gangguan penglihatan bisa menimbulkan masalah mental, dan juga sebaliknya. Anak-anak yang mengalami gangguan emosional dan masalah perilaku ternyata juga punya gangguan mata, sayangnya mereka sering kali tidak mengeluhkan, tidak sadar bahwa penglihatan mereka harusnya jernih,” tambahnya. 

Karena itu katanya, diluncurkan Cermata, pendekatan skrining yang belum pernah dilakukan di Indonesia, dan sangat holistik. Cermata merupakan sebuah inovasi skrining kesehatan mata dan jiwa berbasis digital yang inklusif, dan merupakan adaptasi lokal dari platform WHOeyes. 

BACA JUGA:   Harga Minyak Mentah Memanas, Pasar Cermati Penambahan Produksi OPEC+

Selama ini, skrining mata harus dilakukan dengan tenaga ahli di ruangan khusus berjaran 6 meter dan alat khusus. Namun, dengan Cermata, Kianti mengungkapkan bahwa platform ini bisa digunakan sendiri atau dengan bantuan orang tua dan guru untuk anak-anak.  

Dia memaparkan, dari proses pengembangan, uji validasi serta implementasi pada lebih dari 1.200 anak SD di Jakarta terbukti pendekatan Cermata ini sangat efektif meningkatkan daya cakupan skrining bahkan efektivitas deteksi dini untuk masalah gangguan penglihatan dan kesehatan jiwa anak selama proses belajar di sekolah.

“Jadi Cermata ini bisa membantu guru untuk juga mendeteksi risiko gangguan seperti ini di sekolah dan tentunya bisa membantu proses belajar mengajar. Karena dari beberapa analisis kualitatif yang kami temukan di sekolah pada saat ujicoba Cermata, guru-guru juga merasa sangat terbantu dengan pendekatan ini,” lanjut Kianti.

BACA JUGA:   Hadiri Wrap Party Queen of Tears, Kim Ji Won dan Kim Soo Hyun Kaget Banyak Penggemar

Selain itu, untuk integrasi dengan skrining kesehatan jiwa anak, Cermata menggunakan kuesioner PedEyeQ, yang menilai fungsi visual, keterbatasan akibat kondisi mata, fungsi sosial, dan kekhawatiran anak.

Senada, Mantan Menteri Kesehatan RI 2014-2019, Nila F Moeloek menanggapi bahwa Cermata bisa menjadi alat yang sangat baik untuk membantu memajukan kesehatan publik di tanah air.

“Hasil skrining ini diharapkan menjadi pintu masuk untuk jejaring rujukan dari sekolah ke puskesmas pembina dan fasilitas kesehatan lanjutan,” lanjut Nila.



Source link

BERITA TERKAIT

BERITA POPULER